Sabtu, 17 Oktober 2015

Fanfiction Step Mad 8

Title : Step Mad  - Chapter 8 –
Author : Liany Wu
Rating : PG15
Length : Chaptered
Genre : Romance
Cast :
-    Wu Yifan
-    Michelle Kim
-    Huang Zitao
-    Liu Meihsiu and Others
Disclamer : Cerita ini hasil karangan saya dan milik saya sendiri, sedangkan tokoh milik Tuhan YME dan orang tua masing-masing tokoh.
Warning : Don’t be a plagiators and siders! ^,^   
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------     
   Bucket bunga pernikahan Meihsiu terlihat menghiasi meja kaca itu, sedang Michelle tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk orang tercintanya. Yifan.
   Yifan keluar dari kamarnya lalu mendekat ke dapur, lalu mencium kening Michelle. “Duduklah,” kata Michelle, Yifan menangguk. “Tunggu…” kata Michelle lalu membenarkan kerah baju Yifan. “Kau sangat tampan…”
   “Kau baru menyadarinya? Aku memang sangat tampan…” kata Yifan lalu duduk.
  “Dasar!” decak Michelle lalu duduk.
   “Michelle…” panggil Yifan, Michelle menatap Yifan. “Aku mungkin akan pulang larut nanti, jadi kau tidak perlu menyiapkanku makan malam…”
   “Kenapa?” tanya Michelle.
   “Aku ada acara makan malam dengan rekan kerjaku dari Jerman…” Kata Yifan.
   Michelle mengangguk, “Baiklah…” singkat Michelle.
  Yifan selesai sarapan, “Aku pergi dulu…kau jaga diri baik-baik dirumah ya,” kata Yifan, mengecup bibir Michelle sekilas.
   Michelle mengangguk, lalu mengantarkan Yifan hingga keteras rumah. “Hati-hati ya…” kata Michelle sembari melambaikan tangannya.
  Yifan tersenyum, lalu melajukan mobilnya. Michelle menghela nafasnya lalu masuk kerumah tapi tiba-tiba…
  “Michelle…” panggil Emma.
   “Ohh kau…” kata Michelle sembari tersenyum. “Ayo masuk…” kemudian Michelle dan Emma masuk kedalam rumah. “Duduklah, kau mau minum apa?” tanya Michelle.
   “Eumm…tidak perlu repot-repot, orange jus saja…” kata Emma.
   “Kau bilang tidak perlu repot-repot…dasar!” gerutu Michelle.
   Ting Tong…
   Bel rumah berbunyi, “Tunggu sebentar ya, aku mau membuka pintunya dulu…” kata Michelle, Emma mengangguk.
  Michelle berjalan mendekat kearah pintu, lalu dia membukanya. “Tao…” katanya.
  “Michelle, siapa yang datang?” tanya Emma lalu mendekat kearah pintu, betapa terkejutnya dia saat melihat Tao berdiri disana.
   “Lama tidak bertemu, Michelle…” kata Tao sembari tersenyum lalu menarik tangan Michelle.
   “Lepaskan!!! Lepaskan!!!” teriak Michelle.
   “Tao lepaskan Michelle!!” kata Emma berusaha melepaskan Michelle dari Tao, tapi sebuah pukulan keras mendarat dipunggung Emma. Emma kehilangan kesadarannya.
   “Emma!!!” teriak Michelle, sebelum Tao membekap mulutnya dengan obat bius.
-
   Materi presentasi Yifan jatuh berantakan kelantai, “Eumm…maafkan saya,” kata Yifan semabri membungkuk mengambil materi presentasinya.
   “Ada apa ini?” tanya Yifan dalam hati.
   Tiba-tiba ponsel milik Yifan bordering, “Maaf saya permisi dulu…” kata Yifan lalu menghilang dari ruang meeting. “Ada apa Luhan?” tanya Yifan. “Apa!!! Michelle diculik?” Yifan terkejut usai mendengar Luhan yang mengatakan Michelle diculik oleh Tao.
   “Baiklah…aku akan pulang sekarang juga!” kata Yifan lalu menutup teleponnya.
   “Direktur, anda mau pergi kemana? Semua orang sudah menunggu presentasi anda..” kata Sekretaris Yang.
   “Kau saja yang presentasi…” kata Yifan lalu beralri meninggal sekretari Yang didepan ruang Meeting.
   “Direktur!!! Direktur!!! Aish…bagaimana ini?” kata Sekretaris Yang bingung harus berbuat apa.
-
   Semua orang sudah berkumpul dirumah Yifan termasuk ayah dan ibu Michelle. “Emma…kau tahu kemana Michelle dibawa?” tanya Luhan.
   “Kau ini bodoh sekali! Mana mungkin Emma tahu, dia kan jatuh pingsan…” kata Chen memukul kepala Luhan.
   “Lalu kita harus berbuat apa? Kita tidak tahu kemana Tao membawa Michelle pergi!” kata Luhan cemas.
   “Michelle kau ada dimana?” tangis Ny.Lee, Meihsiu memeluk ibu Michelle itu untuk membuatnya lebih tenang sedikit.
   Klek…
   “Yifan…” kata Xiumin.
   “Maaf aku terlambat…” kata Yifan dengan nafas tersenggal-senggal. “Bagaimana apa sudah ada yang melapor polisi?” tanya Yifan.
   Tn.Lee mengangguk, “Aku sudah melaporkannya…”
   “Maafkan aku…karena aku Michelle diculik oleh Tao…” kata Tn.Huang tertunduk.
   “Ini bukan salahmu, paman…” kata Xiumin.
   “Yifan kau mau kemana?” tanya Chen.
   “Aku harus mencari Michelle! Aku tidak mau sesuatu terjadi pada Michelle!” kata Yifan dengan matanya yang merah.
   “Yifan…tunggulah disini, polisi yang akan mencari Michelle…” kata Xiumin.
   “Tidak!!! Aku tidak bisa tinggal diam disini!! Aku harus mencarinya…” kata Yifan.
   “Yifan tenanglah…apa kau tahu kemana harus mencari Michelle? Tidak kan? Jadi tenanglah!” kata Chen menenangkan Yifan.
   “Tapi Michelle diluar sana bersama dengan Tao brengsek itu!” tangis Yifan.
   Chen menahan Yifan, “Tenanglah…kita sudah mengirim para penjaga untuk mencari Tao dan Michelle ditempat-tempat yang sering Tao datangi…” kata Chen.
   “Bagaimana bisa aku…membiarkan Michelle disana ketakutan…” tangis Yifan.
   “Aku tahu harus bagaimana…” kata Emma.
   “Apa?” tanya Yifan, “Katakan apa yang harus kulakukan?”
   “Michelle membawa ponsel,” kata Emma.
   “Aku akan menghubunginya…” kata Yifan.
   “Jangan kak…Tao akan tahu nanti…kakak saat itu bukankah memasang program pelacakan diponsel Michelle?” tanya Emma, Yifan mengangguk. “Nah…saat ini kakak tahu apa yang harus kakak lakukan kan?”
   Yifan mengangguk, dia lalu mengambil ponselnya disaku jasnya. Dia melihat dimana Michelle berada, Yifan segera bergerak. “Yifan aku ikut…!” kata Luhan.
   “Tidak, biar aku saja yang datang kesana…” kata Yifan.
   “Tidak! Aku tidak setuju!” kata Tn.Huang, “Tao membawa pistol, dia bisa saja menembakmu nanti…” lanjutnya.
   Yifan berpikir, lalu menjelaskan strateginya pada semua orang. “Ini pasti akan berhasil…” pikir Yifan.
-
   Michelle sadarkan diri, dia memegangi kepalanya yang sakit. “Aku ada dimana?” tanya Michelle melihat kesekeliling ruangan itu.
   “Kau ada digereja…” kata Tao.
   “Apa yang mau kau lakukan padaku?” kata Michelle takut.
   Tao mendekat lalu memegang dagu Michelle, “Mudah saja…aku hanya ingin kau menjadi milikku untuk selamanya…” kata Tao.
   Michelle membuang muka, lalu berlari. “Mau kemana kau? Kau tidak mungkin bisa pergi dari sini…” kata Tao, benar saja Michelle tidak bisa kemanapun karena kakinya dirantai.
   “Tao…aku mohon lepaskan aku!” kata Michelle berlutut.
   “Aku tidak akan melepaskanmu, sebelum kau resmi menjadi milikku…” kata Tao.
   “Itu tidak akan perna terjadi!!” kata Yifan.
   Tao tersenyum sinis, “Wah wah…pahlawan kesiangan datang…ck ck ck…apa ini yang namanya cinta sejati?” kata Tao lalu tertawa.
   “Lepaskan Michelle!” kata Yifan.
   “Tidak akan pernah!” kata Tao lalu menodongkan pistol dikepala Michelle. Mata Yifan terbelalak. “Coba saja mendekat, melangkahkan kakimu satu langkah saja…kepala orang yang kau cintai ini akan meletus! Dor!” kata Tao lalu tertawa.
   “Bukankah kau mencintai Michelle? Bagaimana bisa kau melakukan itu padanya?” kata Yifan.
   “Mudah saja…kalau aku tidak bisa memilikinya, maka kau atau orang lain juga tidak bisa memilikinya…” kata Tao.
   “Yifan…” airmata Michelle membasahi pipinya.
   Dor!!!!
   Pistol Tao terlempar, setelah tembakan peluru oknum polisi mengenai pistolnya. “Kau curang!” kata Tao pada Yifan.
   “Angkat tangan!!” kata polisi.
   Tao mengangkat tangannya lalu berlari kabur tapi dengan sigap polisi menembak kaki Tao melumpuhkan pergerakannya. Dia tertangkap.
   “Bawa dia kekantor!” kata salah satu pimpinan polisi.
   “Terima kasih…” kata Tn.Huang dan Tn.Lee.
   “Michelle kau baik-baik saja?” tanya Yifan, Michelle tak bersuara dia langsung memeluk Yifan seerat yang dia mampu. “Tenanglah aku ada disini bersamamu…” kata Yifan mencium kening Michelle.
-
   3 tahun kemudian…
   Setelah kejadian mengerikan itu, Yifan semakin menunjukkan rasa cintanya pada Michelle. Kini Michelle tengah mengandung anak Yifan, dua bulan lagi tangisan bayi itu akan menjadi pelengkap kehidupan rumah tangga mereka berdua.
   Disisi lain, Yixing orang yang pernah Michelle cintai kini sudah menikah dengan tunangannya Cessa. Dia sudah menjadi seorang ayah kini. Sedangkan Luhan, dia masih melajang sampai saat ini. Mungkin dia terkena hukum alam karena sering meniduri wanita. Chen dia masih sibuk dengan studinya untuk mendapat gelar S3. Meihsiu dan Xiumin, sedang sibuk mengurusi anak kembarnya. Dan terakhir Emma, dia sedang berjuang keras untuk cintanya. Yah, Tao dia masih sangat mencintainya, setiap saat Emma membesuk Tao yang berada dibalik jeruji besi.
   Yifan mengelus-elus perut Michelle yang buncit itu, “Cepatlah keluar, ayah ingin memberikan adik untukmu…” kata Yifan.
   Michelle memukul bahu Yifan, “Kau ini!” decak Michelle.
   “Kenapa? Bukankah kita sudah sepakat akan memiliki banyak anak…aku ingin memiliki 11 anak, seperti team sepakbola…” kata Yifan.
   “Hei…China sudah sangat sempit, dan kau ingin memiliki anak sebanyak itu? Kalau begitu kau saja yang hamil dan melahirkannya!” kata Michelle lalu beranjak pergi.
  Yifan menahan Michelle untuk tidak pergi, “Kalau aku bisa, aku mungkin sudah melahirkan 5 anak sekarang…” kata Yifan lalu memeluk Michelle. Kemudian melepaskannya, “Aish…ini sangat menganggu,” kata Yifan karena perut Michelle yang membesar. Kemudian memeluk Michelle lagi.
   “Yifan…” panggil Michelle.
   “Apa?” tanya Yifan.
   “Aku mencintaimu…” kata Michelle.
   Yifan tersenyum, lalu mengecup bibir Michelle. “Aku juga mencintaimu,” kata Yifan. “Pokoknya kita harus memiliki 11 anak…” kata Yifan mulai lagi.
   “Aku tidak mau!” kata Michelle.
  “Baiklah 10 anak?” tawar Yifan.
   “Itu masih terlalu banyak kalau kau masih mau hidup di China…” kata Michelle.
   “Baiklah kita pindah ke Singapura, disana penduduknya masih sedikit…jadi kita bisa memiliki banyak anak disana…” kata Yifan.
   “Aku bilang aku tidak mau!” kata Michelle kekeuh. “Kalau kau masu mempunyai anak sebanyak itu, menikahlah dengan wanita lain!” kata Michelle asal.
   “Benarkah? Kau mengizinkanku memadumu?” goda Yifan.
   Michelle mengepalkan tangannya, “Kalau kau melakukannya, awas saja!” ancam Michelle.
   “Tadi kau bilang boleh…” kata Yifan.
   “Tidak…siapa yang mengatakan kau boleh melakukannya…” elak Michelle.
   “Tadi…”
   “Tidak!”
   “Iya…!!”
   “Aku bilang tidak!!!” kata Michelle.
   “Tapi, kau tadi mengizinkannya…” kata Yifan lagi.
   “Kalau ka uterus mengatakan itu! Malam ini kau tidur diluar!” kata Michelle lalu melangkah pergi.
   Yifan mengejar Michelle, “Hei…aku hanya bercanda, baiklah maafkan aku…” kata Yifan lalu memegang tangan Michelle, “Aku minta maaf, istriku yang cantik…” kata Yifan.
   “Baiklah aku memaafkanmu…” kata Michelle, “Tapi…”
   “Apa?” tanya Yifan.
   Michelle menyemprotkan air pada Yifan, “Kau harus mandi dulu…” kata Michelle.
   “Hei…aku sudah mandi!!” kata Yifan mencoba meraih semprotan air dari tangan Michelle dan berhasil. Yifan berbalik menyemprotkan air pada Michelle.
   “Hei! Hentikan! Kau tidak sayang anakmu…ahh dingin sekali!” kata Michelle menghindari semprotan air Yifan.
   Yifan mematikan semprotan airnya, kemudian membuka bajunya. “Apa?” kata Michelle.
   “Panas tubuh?” kata Yifan merentangkan tangannya.
   Michelle lalu mendekat dan memeluk tubuh Yifan. “Aku mencintaimu!”
-
-END-

 

Hehe...happy ending deh, mian ya karena authornya masih kacangan jadi ceritanya masih gitu" aja. Maklum baru belajar, semoga gak kapok" ya baca fanfiction disini. Abis fanfiction ini Insya Allah, saya mau keluarin fanfiction baru masih sama si Kris hahaha....di fanfiction selanjutnya Kris duda lohh punya anak satu, pengin tahu ceritanya? tunggu ya kedatangannya, hehe...^^

Fanfiction Step Mad 7



Title : Step Mad  - Chapter 7 –
Author : Liany Wu
Rating : PG15
Length : Chaptered
Genre : Romance
Cast :
-          Wu Yifan
-          Michelle Kim
-          Huang Zitao
-          Liu Meihsiu and Others
Disclamer : Cerita ini hasil karangan saya dan milik saya sendiri, sedangkan tokoh milik Tuhan YME dan orang tua masing-masing tokoh.
Warning : Don’t be a plagiators and siders! ^.^
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------     
   “Apa ini?” tanya Michelle mengambil amplop yang diberikan oleh Meihsiu.
   “Bukalah…” kata Meihsiu.
   Michelle lalu membukanya, “Hah!! Kau dan Xiumin…” Michelle terkejut usai melihat isi amplop itu yang berisikan undangan pernikahan Meihsiu dan Xiumin.
   “Iya…aku akan menikah dengannya sabtu lusa…” kata Meihsiu.
   Michelle memeluk Meihsiu, “Selamatnya…ahh aku senang sekali akhirnya kau dan Xiumin akan bersama selamanya…” kata Michelle. “Tunggu! Bagaimana kau bisa…ayo ceritakan padaku,”
   “Itu rahasia…” kata Meihsiu.
   “Hei…kau berhutang penjelasan padaku…” kata Michelle, Meihsiu hanya tersenyum kecil.
   Bell rumah Yifan berbunyi, Michelle lalu mendekat kearah pintu. Dan dibukanya pintu itu. “Ibu…”
-
   Tao memasuki ruangan ayahnya itu, “Ada apa ayah memanggilku?” tanya Tao.
  Huang Zi Feng menatap Tao tajam, “Kau menculik Sehun dari Sejin Grup?” tanyanya marah.
   Tao mengangguk, “Darimana ayah tahu?” tanya Tao.
   “Darimana? Dari mulut ayah Sehun, Oh Seo Jin!” kata Huang Zi Feng, “Kau tahu karena perbuatanmu itu! Seo Jin memutus hubungan kerja dengan perusahaan kita dan mencabut semua saham miliknya!!”
   “Kenapa ayah takut sekali…itu hanya Sejin Grup kita mempunyai banyak mitra kerja bukan?” kata Tao enteng.
   “Huh…setengah saham perusahaan kita adalah milik Sejin Grup, dan sekarang mereka mencabutnya, kau tahu kita rugi besar karena tindakan bejatmu itu!” bentak Huang Zi Feng. “Kau membuat masalah di sekolah, meminta uang, bahkan sampai meminta ayah untuk menjodohkanmu dengan Michelle ayah masih bisa mentoleransinya…tapi ini berhubungan dengan perusahaan kita! Hanya karena satu gadis, perusahaan kita hancur…apa yang harus ayah katakan pada kakekmu yang telah bekerja keras membangunnya? Hah!”
   Tao terdiam, “Wanita memang sudah membuatmu gila, aku akan batalkan perjodohanmu dengan Michelle!” kata Huang Zi Feng.
   “Ayah! Ayah tidak bisa melakukan ini!”
   “Bawa dia dan kurung dia, jaga dengan ketat jangan sampai dia meloloskan diri…” kata Huang Zi Feng lalu pergi.
-
   “Yifan!” panggil Luhan,
   Yifan memutar pandangannya pada Luhan, “Apa? Kenapa kau heboh sekali?” tanya Yifan heran.
   “Hah hah hah…” Nafas Luhan tersenggal-senggal, “Michelle…Michelle dia tidak jadi dijodohkan dengan Tao…” kata Luhan.
   “Apa?” Yifan terkejut sekaligus bahagia, karena tak ada lagi tembok yang akan menghalanginya lagi.
   Luhan menjabat tangan Yifan, “Aku ucapkan selamat!” Kata Luhan bersemangat.
   Yifan lalu memeluk Luhan erat, “Terima kasih sudah memberitahuku…” lalu mengecup dahi Luhan dan pergi.
  Luhan memegangi dahinya, “Hei! Kenapa kau? Aish…benar-benar,” decak Luhan.
   Yifan segera meninggalkan perusahaannya dan pulang, dia ingin sekali memeluk Michelle. Dia sangat bahagia mendengar berita itu.
-
   “Bagaimana ibu tahu aku ada disini?” tanya Michelle heran.
   Ny.Lee langsung memeluk Michelle, “Sayang…ibu merindukanmu, nak. Ayo kita pulang…” kata Ny.Lee memegang tangan Michelle.
   Michelle melepaskan tangannya dari ibunya itu, “Aku tidak mau…aku tidak mau menikah dengan Tao…” kata Michelle.
   Ny.Lee tersenyum, “Perjodohannya dibatalkan…kau tidak perlu menikah dengan Tao,” kata Ny.Lee.
  Michelle menatap mata ibunya lekat, “Benarkah? Ibu tidak berbohong?” tanya Michelle dengan mata berkaca-kaca.
  Ny.Lee mengangguk, airmata Michelle menetes. “Ibu…” kata Michelle sembari memeluk tubuh ibunya itu.
  Klek…
   “Michelle…” panggil Yifan.
   Michelle melepas pelukannya, “Ibu…kenalkan ini Wu Yifan, dia yang menjagaku selama ini,” kata Michelle.
   Ny.Lee mengalihkan pandangannya pada Yifan, lalu memeluknya. “Terima kasih, Yifan…sudah menjaga Michelle selama ini, dia tidak merepotkanmu kan? Dia tidak meminta yang tidak-tidak kan? Berapa uang yang kau habiskan karena dia?” tanya Ny.Lee, karena menyadari kalau anaknya itu gila belanja.
   Yifan menggelengkan kepalanya, “Tidak bibi…dia tidak pernah meminta sesuatu padaku, dia juga tidak merepotkan hanya saja dia sangat cerewet…” kata Yifan.
  Michelle mengerucutkan bibirnya, “Hufht, dasar! Oh…” Michelle merentangkan kedua tangannya, Yifan sudah sigap untuk menerimanya tapi Michelle malah memeluk Meihsiu. “Ahh…Meihsiu, aku senang sekali!”
  Yifan menurunkan tangannya sembari tersenyum kecil, tapi Michelle dengan tiba-tiba memeluknya. “Aku tidak melupakanmu,” kata Michelle.
   “Ahh ibu…Yifan ini adalah majikanku dan sekaligus pacarku…” kata Michelle.
   “Majikan?” Ibunya tertawa, “Jadi kau bekerja disini?” tanya Ibunya, Michelle mengangguk. “Ibu tidak menyangka kau yang manja bisa hidup mandiri dan oooh aku mencintaimu sayang…” kata Ny.Lee lalu memeluk Michelle.
   “Ahh ibu, aku juga mencintaimu…” kata Michelle lalu menarik Yifan dan Meihsiu untuk ikut berpelukan bersamanya.
-
   “Aku tidak menyangka Tao bisa sampai melakukan hal seperti itu hanya untuk menemukan Michelle, benar-benar gila…” kata Luhan.
   Chen menyunggingkan senyumnya, “Dia memang tidak mudah menyerah,” kata Chen. “Tidak seperti yang ada disampingku ini…” Chen menyenggol bahu Emma.
   “Apa sih? Aku tidak menyerah hanya saja aku tidak ma uterus tersiksa dengan cintaku…” elak Emma.
   Luhan tertawa, “Hah…akhirnya, delima Michelle berakhir…Xiumin akan menikah dengan Meihsiu, dan sekarang tidak ada lagi yang akan menghalangi hubungan antar Michelle dan Yifan…” kata Luhan.
  “Michelle dan Yifan? Aku masih ada disini, kau kira aku akan tinggal diam melihat Michelle berhubungan dengan kakakku? Aku tidak mau satu keluarga dengannya!” kata Emma.
   Chen mendorong dahi Emma, “Kau ini…kenapa kau terus saja mengganggu Michelle?” kata Chen.
  “Benar…biarkan Michelle bahagia bersama Yifan…” kata Luhan.
   “Kalian ini apa-apaan sih, sudahlah aku pergi…” kata Emma lalu beranjak pergi.
   “Chen…apa yang dikatakan Emma tadi benar adanya?” tanya Luhan khawatir.
   Chen menggelengkan kepalanya, “Aku tahu dia tidak akan mungkin melakukannya, dia itu sangat menyayangi Yifan…”
-
   Michelle membenahi barang-barangnya kedalam koper, “Kau benar-benar akan meninggalkanku disini?” tanya Yifan memeluk punggung Michelle.
  Michelle tersenyum, “Kau ini…aku kan tidak akan meninggalkanmu disini, aku akan kembali dengan barang-barangku yang lain nanti…” kata Michelle.
   “Jadi…kau akan tinggal disini?” tanya Yifan.
   “Tentu saja…kalau kau mengizinkannya tuan muda Wu…” kata Michelle.
   Yifan memutar badan Michelle hingga kini mereka saling berhadapan, “Tentu saja, mana mungkin aku menolak pembantuku yang cerewet ini…” kata Yifan mencubit pipi Michelle.
  “Argh! Sakit…” kata Michelle, Yifan menatap Michelle dalam. Lalu meletakan tangan kanannya dipipi Michelle, dan mendekatkan wajahnya pada Michelle. Tapi…
   “Kakak!!!” teriak Emma.
   Michelle dan Yifan terkejut, “Kau ini masuk tanpa permisi…” kata Yifan.
  Emma menarik tangan Yifan dan menjauhkannya dari Michelle, “Kau kira aku akan memudahkanmu dengan Yifan kakakku…tidak! Aku tidak akan pernah menerimamu menjadi pacar kakakku!” kata Emma.
   “Emma! Apa yang kau lakukan?” kata Yifan.
   Mata Michelle berkaca-kaca, hal yang dia kira telah berakhir ternyata tidak. Itu belum berakhir. “Emma…” kata Michelle.
  Emma berjalan mendekat kearah Michelle, lalu memeluknya. “Kau harus menikah dengan kakakku!” kata Emma membuat Michelle terkejut.
  Yifan terkejut lalu tersenyum, “Kau ini…membuatku takut saja…” kata Yifan.
   Emma melepas pelukannya, “Kau bisa kan menikah dengan kakakku itu?” tanya Emma.
   Airmata haru membasahi pipi Michelle, Michelle menganggukkan kepalanya lalu memeluk Emma. “Tentu saja…” kata Michelle.
   Emma menepuk bahu Michelle, “Hei…aku bisa mati lemas karena pelukanmu ini…ohok ohok…” kata Emma.
  Michelle melepas pelukannya, “Terima kasih Emma…” kata Michelle.
  “Iya…sekarang apa yang kalian tunggu,” kata Emma.
   “Apa?” tanya Yifan dan Michelle bersamaan.
   “Ciuman kalian yang tertunda karena kehadiranku…” kata Emma, “Aku ingin melihatnya…” lanjutnya.
   Yifan tersenyum, sedang Michelle tersipu malu. “Kau ini apa-apaan sih…” kata Michelle, Yifan langsung menyambar bibir kecil Michelle. Emma yang melihatnya hanya bisa tersenyum.
-
  “Ayah tidak bisa melakukan ini padaku…” kata Tao. “Aku harus mencari cara untuk bisa keluar dari kamar ini! Harus!” kata Tao.
   Dia terus berpikir dan berpikir, hingga sesuatu terbesit dipikirannya. Tao mengambil senjata api dilaci mejanya lalu memasukkannya dibaju. Dia berjalan mendekat kearah pintu dan mengetuknya. “Siapapun tolong aku…ahh sakit sekali!” rengek Tao.
  Tak lama dua orang penjaga masuk kedalam kamar Tao, “Tuan, ada apa?” tanya mereka.
  Tao menyeringai, lalu menghajar kedua penjaganya itu dengan ilmu bela diri Wushu yang setiap hari dia lakukan. Kedua penjaga itu lumpuh, segera Tao mengambil kesempatan untuk kelaur dari kamarnya.
   “Tolong! Tuan muda melarikan diri!” kata salah seorang penjaga sembari menahan rasa sakit yang dia rasakan.
   Tak semulus yang Tao kira, dia harus menghadapi kurang lebih sepuluh penjaga lagi. “Kalian bukanlah tandinganku! Kata Tao lalu menghajarnya tak tersisa.
   “Enyahlah kalian! Sebelum aku mengirim kalian ke neraka!” kata Tao sembari menembakan peluru keudara.
-
   “Ayah…tidak merindukanku?” tanya Michelle.
   Tn.Lee melipat korannya, “Michelle…” kata yang terucap dibibirnya.
   Michelle tersenyum lalu berlari memeluk ayahnya yang sudah sangat dia rindukan itu. “Ooh…aku merindukan ayah…” kata Michelle.
   “Hei…selama ini kau bersembunyi dimana?” tanya Tn.Lee.
   “Bersembunyi? Ayah bercanda? Aku bekerja sebagai pembantu untuk menyambung hidupku…” kata Michelle.
   “Pembantu? Anak ayah menjadi pembantu? Benarkah ayah tidak percaya, dirumah kau tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah terlebih lagi memasak…” kata Tn.Lee masih tak percaya.
   Michelle mengerucutkan bibirnya, “Ayah tidak percaya? Apa aku harus membawa majikanku kemari?” tantang Michelle.
   Tn.Lee tersenyum, “Baiklah ayah percaya padamu…” katanya sembari memeluk putri kesayangannya itu. “Maafkan ayah sudah memaksamu untuk menikah dengan Tao…” lanjutnya.
  “Sudahlah ayah itu sudah berakhir sekarang…” kata Michelle.
  “Benarkah? Bagaimana kalau kau ayah jodohkan dengan Andrew Choi?” goda Tn.Lee.
   “Ayah…” Michelle mencubit perut ayahnya itu.
   “Iya baiklah, ayah hanya bercanda…lalu sekarang, apa kau memiliki seseorang dihatimu?” tanya Tn.Lee.
   Michelle mengangguk, “Iya..dia adalah putra paman Wu, Wu Yifan…” kata Michelle.
   “Wu Yi Fan?”
-
   Hari pernikahan Meishiu dan Xiumin tiba…
  Usai pemberkatan, Michelle mengucapkan selamat pada Meihsiu. “Selamat ya atas pernikahanmu…” kata Michelle sembari memeluk Meihsiu yang terbalut gaun pengantin. Meihsiu mengangguk.
   “Baiklah saatnya mempelai wanita melemparkan bucket bunganya…” kata MC acara pernikahan Xiumin dan Meihsiu.
  Meihsiu berbalik badan, lalu melemparkan bucket bunga ditangannya. Terlihat Michelle sangat antusias untuk mendapatkan bunga itu. “Aku yang dapat! Pasti aku!” kata Michelle optimis, tapi sayang bucket bunga itu tidak jatuh padanya.
   “Ahh…harusnya itu jatuh padaku! Meihsiu kenapa kau melemparkannya terlalu jauh…” kata Michelle kesal.
   Lalu tiba-tiba seseorang menyodorkan bucket bunga itu pada Michelle, Michelle mengalihkan pandangannya. “Yifan…ahh kau mendapatkannya!” kata Michelle lalu menerima bucket bunga itu dan memeluk Yifan erat.
   Semua orang yang ada diruangan itu bertepuk tangan. Tapi tidak dengan satu orang diantara kerumunan orang itu. Dia menatapnya sinis penuh dendam!
-
-TBC-

Fanfiction Step Mad 6









Title : Step Mad  - Chapter 6 –
Author : Liany Wu
Rating : PG15
Length : Chaptered
Genre : Romance
Cast :
-          Wu Yifan
-          Michelle Kim
-          Huang Zitao
-          Liu Meihsiu and Others
Disclamer : Cerita ini hasil karangan saya dan milik saya sendiri, sedangkan tokoh milik Tuhan YME dan orang tua masing-masing tokoh.
Warning : Don’t be a plagiators and siders! ^.^
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------     
  “Mana Michelle dan Yifan?” tanya Xiumin.
  “Yifan sakit, jadi tidak bisa ikut bersama kita…” kata Luhan.
   “Michelle ikut kan?” tanya Meishiu.
   Luhan menghela nafasnya, “Tidak…dia bilang mau menjaga Yifan, jadi dia tidak ikut bersama kita…” kata Luhan.
   “Lalu?”
   “Yah…kita kepantai hanya bertiga saja…” kata Luhan.
   Meihsiu mengerucutkan bibirnya, “Hufht…kalau Michelle tidak ikut aku juga tidak jadi ikut,” kata Meihsiu.
   “Aku juga tidak jadi ikut, kalau Meihsiu tidak ikut…” kata Xiumin.
   “Hei…kenapa semua orang tidak jadi ikut sih, hei!” teriak Luhan, tapi Xiumin dan Meihsiu tak menghiraukannya. “Aish…benar-benar!”
-
   “Yifan…bangunlah lalu makan, aku sudah buatkan bubur untukmu…” kata Michelle masuk kedalam kamar Yifan sembari membawa nampan berisi bubur, air dan juga obat.
   Yifan bangkit dari tidurnya, Michelle lalu membantu Yifan bangun. “Ayo katakan aaa…” kata Michelle lalu menyuapi Yifan.
  “Maaf ya…” kata Michelle.
   “Untuk apa?” tanya Yifan.
   Michelle menghela nafasnya, “Maaf, karena aku kau jadi sakit begini…” kata Michelle.
   Yifan tersenyum kecil, “Itu bukan salahmu…” kata Yifan, “Aku tidak mau makan lagi…” kata Yifan.
   “Tapi kau baru makan sesuap,” kata Michelle.
   Yifan menggelengkan kepalanya, “Buburnya tidak enak…” kata Yifan, Michelle mendengus.
   “Ya sudah…” kata Michelle lalu beranjak membawa nampan itu keluar kamar Yifan, belum melangkahkan kakinya tiba-tiba Yifan menarik baju Michelle. “Apa?” tanya Michelle.
   Yifan mengambil nampan itu dari Michelle kemudian meletakannya dimeja, Yifan menarik Michelle hingga kini Michelle ada dipangkuannya. “Aku rasa aku mulai menyukaimu…” kata Yifan lalu mencium bibir Michelle, mata Michelle terkejut saat Yifan mencium bibirnya itu.
   Tapi entah mengapa, perlahan mata Michelle mulai terpejam. Yifan melepas ciumannya itu, lalu memeluk Michelle. “Aku mencintaimu…” kata Yifan.
   Michelle membalas pelukan Yifan, “Aku tidak tahu aku mencintaimu atau tidak, tapi aku merasa nyaman berada didekatmu…” kata Michelle.
-
   “Apa? Yifan bilang dia mencintaimu?” Meihsiu terkejut usai mendengar cerita sahabat karibnya itu, Michelle. “Lalu, lalu kau membalasnya apa?” tanya Meihsiu.
   “Aku bilang aku tidak tahu aku mencintainya atau tidak, begitu…” kata Michelle, membuat Meihsiu memukul kepala Michelle. “Arghh! Sakit!!”
   “Kau ini bodoh atau apa? Kau mengatakan itu pada Yifan…aish, kalau aku jadi kau aku pasti akan mengatakan kalau aku mencintainya…” kata Meihsiu.
   Michelle memegangi kepalanya yang sakit, “Itu kan kalau kau jadi aku…tapi aku adalah aku dan kau adalah kau! Aku hanya belum bisa menyimpulkan apa yang kurasakan pada Yifan…” kata Michelle.
   “Mudah saja…apa yang kau rasakan saat kau dekat dengannya?” tanya Meihsiu.
   Michelle berpikir, “Aku merasa nyaman bersamanya walau kau tahu sendiri dia pria yang dingin, aku suka kalau dia sedang memarahiku dan aku suka saat dia mengkhawatirkanku, meski dia mengelak kalau dia mengkhawatirkanku…” kata Michelle.
  “Aish…itu tandanya kau menyukainya…” kata Meihsiu.
   “Benarkah?”
-
   “Apa tuan memanggilku?” tanya bawahan Tao.
   Tao mengangguk lalu memutar kursinya, “Culik Sehun…dan sekap dia ditempat biasa…” kata Tao sembari melempar kunci pada bawahannya itu.
   “Maksud tuan Sehun putra dari Sejin Grup?” tanya bawahannya.
   “Bukan…tentu saja Sehun yang itu memangnya yang mana lagi!” bentak Tao.
   Bawahannya tertunduk, “Maaf tuan…” katanya sembari memungut kunci yang diberikan oleh atasannya itu.
   “Pergilah…” kata Tao.
   Bawahan Tao mengangguk, lalu keluar dari ruangan Tao. “Sehun…apa kau tahu sesuatu tentang Michelle?” batinnya.
-
  “Aku pulang…” kata Michelle sembari masuk kedalam rumah. “Oh…kau sudah bangun, bagaimana sudah baikan?” tanya Michelle mendekat kearah Yifan, dan memeriksa suhu tubuh Yifan. “Demamnya sudah turun…”
   Yifan tersenyum, “Duduklah…aku sudah menyiapkan makan malam,” kata Yifan menarik kursi untuk Michelle duduk.
   “Kau yang memasaknya?” tanya Michelle.
   Yifan mengangguk, “Makanlah yang banyak…” kata Yifan menaruh beberapa lauk dimangkuk Michelle.
    “Eumm…enak, kau pandai juga memasak…” puji Michelle, Yifan hanya tersenyum. “Aah…Yifan,” panggil Michelle.
   “Apa?”
   Michelle meremas-remas tangannya, gugup. “Apa yang tadi siang kau katakan itu sungguhan? Atau kau hanya mengigau?”
  Yifan terkekeh, “Kau menganggapnya serius? Hahaha…lucu sekali…” tawa Yifan.
   “Jadi…kau membohongiku? Lalu apa maksudnya kau menciumku?” tanya Michelle.
   “Aku hanya mempermainkanmu saja…seperti boneka,” kata Yifan.
   Sebuah tamparan mendarat dipipi kiri Yifan, “Kau jahat sekali…” kata Michelle lalu pergi masuk kedalam kamarnya.
   Yifan terdiam, sedangkan Michelle meringkuk memeluk kedua lututnya sembari menangis tersedu-sedu. “Bodoh…kenapa aku mempercayai perkataan pria gila itu! Bodoh sekali!” sesal Michelle memukuli kepalanya sendiri.
   Senyum Yifan terlukis dibibirnya, dia lalu berjalan mendekat kekamar Michelle kemudian mengetuknya. “Michelle…ayo kita bicara…” kata Yifan.
   “Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi, apa sekarang kau puas mempermainkanku seperti ini? Hah!” kata Michelle penuh emosi dibalik pintu.
   “Keluarlah dulu, ada yang harus kusampaikan…” kata Yifan.
   Michelle keluar dari kamarnya, “Apa? Apa yang mau kau sampaikan? Hah! Apa!” bentak Michelle.
   “Aku mencintaimu…” kata Yifan.
   Michelle tersenyum sinis, “Kau mau menipu lagi? Mempermainkanku lagi? Iya!” kata Michelle tak percaya.
   “Kali ini aku berkata jujur…” kata Yifan lalu memegang tangan Michelle dan meletakannya didadanya. “Kau merasakannya kan? Jantungku berdebar kencang…”
   Michelle menatap Yifan, “Sekarang kau percaya? Apa perlu aku berteriak didepan khalayak banyak kalau aku mencintaimu?” kata Yifan.
  Michelle memukul dada Yifan, “Kau kekanakan!” kata Michelle, Yifan lalu memeluk Michelle dan mencium keningnya.
   “Maafkan aku…sudah membuatmu menangis,” kata Yifan.
   Michelle mendongakkan kepalanya, “Yifan…”
   “Iya…”
   “Sekarang aku tahu…” kata Michelle.
   “Tahu apa?” tanya Yifan.
   Michelle menatap Yifan, “Kalau aku mencintaimu…Yifan, aku mencintaimu…” kata Michelle lalu memeluk Yifan.
   Yifan memeluk Michelle erat, lalu mencium kening Michelle. “Aku juga mencintaimu…”
-
   Sehun sadarkan diri, usai suntikan obat bius orang yang tak dikenalnya. “Aku ada dimana? Siapapun tolong aku!” teriak Sehun.
   Sehun terus memberontak, tapi apa daya tangan dan kakinya diikat. “Siapapun tolong aku!!!” teriak Sehun lagi.
   Tiba-tiba seseorang masuk kedalam apartemen megah tempat Sehun disekap, “Percuma, kau berteriak sekeras apapun…tidak ada orang yang akan mendengarmu, apartemen ini kedap suara…”
   “Kau…bukankah kau?” kata Sehun mengenali orang tersebut.
   “Iya…aku Huang Zitao putra pemilik Huang grup, Huang Zi Feng…” kata Tao.
   “Kenapa kau menyekapku seperti ini?” tanya Sehun.
   Tao tertawa, “Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal padamu…kau mengenal Michelle?” tanya Tao.
   Sehun mengangguk, “Ya aku mengenalnya, Michelle Kim bukan?” kata Sehun memastikan.
   “Ya…saat dipesta topeng bukankah kau berdansa dengan Michelle?” Sehun mengangguk, “Apa Michelle datang kepesta itu denganmu?”
   “Tidak…aku tidak tahu Michelle datang kepesta itu dengan siapa…” kata Sehun.
   “Lalu bagaimana bisa kau mengenali Michelle, padahal Michelle mengenakan topeng…kau pasti sudah tahu kalau itu Michelle karena dia datang denganmu kan!” kata Tao sembari menggebrak meja.
   Sehun tersentak, “Dia tidak datang bersamaku…aku mengetahui itu Michelle, karena terlebih dahulu Michelle mengenaliku dan dia menyebutkan namanya…jadi aku tahu kalau itu adalah Michelle.” Jelas Sehun.
   “Benarkah? Dia tidak datang bersamamu? Lalu dia datang bersama siapa?” tanya Tao lagi.
   “Sudah kukatakan! Aku tidak tahu, aku juga tidak menanyakannya…” kata Sehun.
   “Baiklah kalau itu memang kebenarnya…pastikan dia meminum obatnya!” kata Tao lalu pergi meninggalkan Sehun.
   Sedang bawahan Tao tengah menahan Sehun agar mau meminum obat pelumpuh otak. Agar dia tidak mengingat kejadian ini.
-
    Luhan masuk kerumah Yifan, “Hey everybody…” sapa Luhan tapi tak ada yang menjawabnya. “Kemana mereka? Apa mereka masih tidur?” Luhan lalu melangkahkan kakinya kekamar Yifan, “Yifan…” betapa terkejutnya dia setelah membuka pintu kamar Yifan.
   “Oh my god…” kata Luhan saat melihat Yifan dan Michelle tidur satu ranjang. “Hei!!! Bangun ini sudah siang!!!” teriak Luhan membangunkan Yifan dan Michelle.
   “Ya Tuhan!” Yifan terkejut saat melihat Luhan.
   “Hei, Yifan…kau dan Michelle tidur satu ranjang…apa kau membius Michelle?” prasangka Luhan.
   “Ada apa ini? Kenapa ribut sekali…” kata Michelle beranjak dari tidurnya, “Luhan!! Sedang apa kau pagi-pagi sudah bertamu…” kata Michelle terkejut.
   Luhan menggelengkan kepalanya, “Ck ck ck ck…tak bisa dipercaya Michelleku cantik tidur bersama Yifan…kau bahkan selalu pergi setiap kali aku menyandarkan kepalaku dibahumu, tapi ini wah…”
   Yifan melempar Luhan dengan bantal, “Kami hanya tidur bersama…tidak lebih, aku bukan pria brengsek sepertimu…yang meniduri banyak wanita dalam waktu singkat,” olok Yifan.
   “Kenapa kau jadi menyinggungku…sudahlah kita lupakan saja, Michelle…” kata Luhan memegang tangan Michelle.
  “Apa?”
   “Aku lapar…” kata Luhan.
   Yifan mendengus, “Jadi kau datang pagi-pagi hanya untuk menumpang sarapan? Benar-benar…sudahlah aku mau mandi dulu…” kata Yifan lalu beranjak ke toilet.
   “Michelle…apa yang dilakukan Yifan padamu?” bisik Luhan.
   Michelle mendorong dahi Luhan, “Kau ini…minggir katanya kau lapar,” kata Michelle bergegas kedapur untuk menyiapkan sarapan.
   “Michelle, ceritakan padaku…” pinta Luhan.
   “Dia tidak berbuat apapun padaku…” kata Michelle.
   “Kau pasti bohong, iya kan?”
   Michelle menghela nafasnya, “Terserahmu sajalah!”
-
   “Meihsiu kau dipanggil oleh Ny.Xiu…” kata rekan kerja Meihsiu.
   Meihsiu mengangguk, “Ada apa ini? Apa aku akan dipecat karena mencintai Xiumin?” batinnya cemas.
   Klek…
   Meihsiu masuk keruangan Ny.Xiu, “Nyonya memanggilku?” tanya Meihsiu, Ny.Xiu mengangguk.
   “Duduklah…” kata Ny.Xiu. “Aku sering melihatmu bersama dengan anakku, Xiumin…apa kau mencintai anakku itu?” tanya Ny.Xiu.
   “I…iya nyonya, aku mohon jangan memecatku nyonya…” kata Meihsiu tertunduk.
   Ny.Xiu menyunggingkan senyuman pada Meihsiu, “Aku tidak akan memecatmu…malahan aku ingin mengangkatmu…”
   Meihsiu menegakkan kepalanya, “Mengangkatku?” tanya Meihsiu tak mengerti.
   Ny.Xiu mengangguk, “Iya…mengangkatmu untuk menjadi menantuku…” kata Ny.Xiu, membuat Meihsiu terkejut.
   “Menantu?” kata Meihsiu tak percaya.
   “Apa kau tidak mau?” tanya Ny.Xiu.
   Airmata haru membasahi pipi Meihsiu, “Tentu saja…aku mau nyonya…” katanya tersenyum.
-
   “Aku sangat kecewa pada anakmu, presdir…” kata Oh Seo Jin, pemilik Sejin Grup.
  Huang Zi Feng tak mengerti, “Kecewa? Karena apa?” tanyanya.
   “Dia telah menghinaku, dia menyekap anakku dan memberinya obat pelumpuh otak…untung saja, ada seseorang yang menolongnya jika tidak anakku mungkin akan lumpuh seumur hidupnya!”
   “Apa?”
   “Kita putuskan saja mitra kerja kita…aku akan mencabut semua sahamku diperusahaanmu!” kata Oh Seo Jin lalu melangkah pergi.
   “Tapi…presdir…”
-

-TBC-