Title : Step Mad - Chapter
6 –
Author : Liany Wu
Rating : PG15
Length : Chaptered
Genre : Romance
Cast :
-
Wu Yifan
-
Michelle Kim
-
Huang Zitao
-
Liu Meihsiu and Others
Disclamer : Cerita ini hasil karangan saya dan milik saya
sendiri, sedangkan tokoh milik Tuhan YME dan orang tua masing-masing tokoh.
Warning : Don’t be a plagiators and siders! ^.^
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Mana Michelle dan
Yifan?” tanya Xiumin.
“Yifan sakit, jadi
tidak bisa ikut bersama kita…” kata Luhan.
“Michelle ikut
kan?” tanya Meishiu.
Luhan menghela
nafasnya, “Tidak…dia bilang mau menjaga Yifan, jadi dia tidak ikut bersama
kita…” kata Luhan.
“Lalu?”
“Yah…kita kepantai
hanya bertiga saja…” kata Luhan.
Meihsiu
mengerucutkan bibirnya, “Hufht…kalau Michelle tidak ikut aku juga tidak jadi
ikut,” kata Meihsiu.
“Aku juga tidak
jadi ikut, kalau Meihsiu tidak ikut…” kata Xiumin.
“Hei…kenapa semua
orang tidak jadi ikut sih, hei!” teriak Luhan, tapi Xiumin dan Meihsiu tak
menghiraukannya. “Aish…benar-benar!”
-
“Yifan…bangunlah
lalu makan, aku sudah buatkan bubur untukmu…” kata Michelle masuk kedalam kamar
Yifan sembari membawa nampan berisi bubur, air dan juga obat.
Yifan bangkit dari
tidurnya, Michelle lalu membantu Yifan bangun. “Ayo katakan aaa…” kata Michelle
lalu menyuapi Yifan.
“Maaf ya…” kata
Michelle.
“Untuk apa?” tanya
Yifan.
Michelle menghela
nafasnya, “Maaf, karena aku kau jadi sakit begini…” kata Michelle.
Yifan tersenyum
kecil, “Itu bukan salahmu…” kata Yifan, “Aku tidak mau makan lagi…” kata Yifan.
“Tapi kau baru
makan sesuap,” kata Michelle.
Yifan
menggelengkan kepalanya, “Buburnya tidak enak…” kata Yifan, Michelle mendengus.
“Ya sudah…” kata
Michelle lalu beranjak membawa nampan itu keluar kamar Yifan, belum
melangkahkan kakinya tiba-tiba Yifan menarik baju Michelle. “Apa?” tanya
Michelle.
Yifan mengambil
nampan itu dari Michelle kemudian meletakannya dimeja, Yifan menarik Michelle
hingga kini Michelle ada dipangkuannya. “Aku rasa aku mulai menyukaimu…” kata
Yifan lalu mencium bibir Michelle, mata Michelle terkejut saat Yifan mencium
bibirnya itu.
Tapi entah
mengapa, perlahan mata Michelle mulai terpejam. Yifan melepas ciumannya itu,
lalu memeluk Michelle. “Aku mencintaimu…” kata Yifan.
Michelle membalas
pelukan Yifan, “Aku tidak tahu aku mencintaimu atau tidak, tapi aku merasa
nyaman berada didekatmu…” kata Michelle.
-
“Apa? Yifan bilang
dia mencintaimu?” Meihsiu terkejut usai mendengar cerita sahabat karibnya itu,
Michelle. “Lalu, lalu kau membalasnya apa?” tanya Meihsiu.
“Aku bilang aku
tidak tahu aku mencintainya atau tidak, begitu…” kata Michelle, membuat Meihsiu
memukul kepala Michelle. “Arghh! Sakit!!”
“Kau ini bodoh
atau apa? Kau mengatakan itu pada Yifan…aish, kalau aku jadi kau aku pasti akan
mengatakan kalau aku mencintainya…” kata Meihsiu.
Michelle memegangi
kepalanya yang sakit, “Itu kan kalau kau jadi aku…tapi aku adalah aku dan kau
adalah kau! Aku hanya belum bisa menyimpulkan apa yang kurasakan pada Yifan…”
kata Michelle.
“Mudah saja…apa
yang kau rasakan saat kau dekat dengannya?” tanya Meihsiu.
Michelle berpikir,
“Aku merasa nyaman bersamanya walau kau tahu sendiri dia pria yang dingin, aku
suka kalau dia sedang memarahiku dan aku suka saat dia mengkhawatirkanku, meski
dia mengelak kalau dia mengkhawatirkanku…” kata Michelle.
“Aish…itu tandanya
kau menyukainya…” kata Meihsiu.
“Benarkah?”
-
“Apa tuan
memanggilku?” tanya bawahan Tao.
Tao mengangguk
lalu memutar kursinya, “Culik Sehun…dan sekap dia ditempat biasa…” kata Tao
sembari melempar kunci pada bawahannya itu.
“Maksud tuan Sehun
putra dari Sejin Grup?” tanya bawahannya.
“Bukan…tentu saja
Sehun yang itu memangnya yang mana lagi!” bentak Tao.
Bawahannya
tertunduk, “Maaf tuan…” katanya sembari memungut kunci yang diberikan oleh
atasannya itu.
“Pergilah…” kata
Tao.
Bawahan Tao
mengangguk, lalu keluar dari ruangan Tao. “Sehun…apa kau tahu sesuatu tentang
Michelle?” batinnya.
-
“Aku pulang…” kata
Michelle sembari masuk kedalam rumah. “Oh…kau sudah bangun, bagaimana sudah
baikan?” tanya Michelle mendekat kearah Yifan, dan memeriksa suhu tubuh Yifan.
“Demamnya sudah turun…”
Yifan tersenyum,
“Duduklah…aku sudah menyiapkan makan malam,” kata Yifan menarik kursi untuk
Michelle duduk.
“Kau yang
memasaknya?” tanya Michelle.
Yifan mengangguk,
“Makanlah yang banyak…” kata Yifan menaruh beberapa lauk dimangkuk Michelle.
“Eumm…enak, kau
pandai juga memasak…” puji Michelle, Yifan hanya tersenyum. “Aah…Yifan,”
panggil Michelle.
“Apa?”
Michelle
meremas-remas tangannya, gugup. “Apa yang tadi siang kau katakan itu sungguhan?
Atau kau hanya mengigau?”
Yifan terkekeh,
“Kau menganggapnya serius? Hahaha…lucu sekali…” tawa Yifan.
“Jadi…kau
membohongiku? Lalu apa maksudnya kau menciumku?” tanya Michelle.
“Aku hanya
mempermainkanmu saja…seperti boneka,” kata Yifan.
Sebuah tamparan
mendarat dipipi kiri Yifan, “Kau jahat sekali…” kata Michelle lalu pergi masuk
kedalam kamarnya.
Yifan terdiam,
sedangkan Michelle meringkuk memeluk kedua lututnya sembari menangis
tersedu-sedu. “Bodoh…kenapa aku mempercayai perkataan pria gila itu! Bodoh
sekali!” sesal Michelle memukuli kepalanya sendiri.
Senyum Yifan
terlukis dibibirnya, dia lalu berjalan mendekat kekamar Michelle kemudian
mengetuknya. “Michelle…ayo kita bicara…” kata Yifan.
“Tidak ada yang
perlu kita bicarakan lagi, apa sekarang kau puas mempermainkanku seperti ini?
Hah!” kata Michelle penuh emosi dibalik pintu.
“Keluarlah dulu,
ada yang harus kusampaikan…” kata Yifan.
Michelle keluar
dari kamarnya, “Apa? Apa yang mau kau sampaikan? Hah! Apa!” bentak Michelle.
“Aku mencintaimu…”
kata Yifan.
Michelle tersenyum
sinis, “Kau mau menipu lagi? Mempermainkanku lagi? Iya!” kata Michelle tak
percaya.
“Kali ini aku
berkata jujur…” kata Yifan lalu memegang tangan Michelle dan meletakannya
didadanya. “Kau merasakannya kan? Jantungku berdebar kencang…”
Michelle menatap Yifan, “Sekarang kau
percaya? Apa perlu aku berteriak didepan khalayak banyak kalau aku
mencintaimu?” kata Yifan.
Michelle memukul
dada Yifan, “Kau kekanakan!” kata Michelle, Yifan lalu memeluk Michelle dan
mencium keningnya.
“Maafkan aku…sudah
membuatmu menangis,” kata Yifan.
Michelle
mendongakkan kepalanya, “Yifan…”
“Iya…”
“Sekarang aku
tahu…” kata Michelle.
“Tahu apa?” tanya
Yifan.
Michelle menatap
Yifan, “Kalau aku mencintaimu…Yifan, aku mencintaimu…” kata Michelle lalu
memeluk Yifan.
Yifan memeluk
Michelle erat, lalu mencium kening Michelle. “Aku juga mencintaimu…”
-
Sehun sadarkan
diri, usai suntikan obat bius orang yang tak dikenalnya. “Aku ada dimana?
Siapapun tolong aku!” teriak Sehun.
Sehun terus
memberontak, tapi apa daya tangan dan kakinya diikat. “Siapapun tolong aku!!!”
teriak Sehun lagi.
Tiba-tiba
seseorang masuk kedalam apartemen megah tempat Sehun disekap, “Percuma, kau
berteriak sekeras apapun…tidak ada orang yang akan mendengarmu, apartemen ini
kedap suara…”
“Kau…bukankah
kau?” kata Sehun mengenali orang tersebut.
“Iya…aku Huang
Zitao putra pemilik Huang grup, Huang Zi Feng…” kata Tao.
“Kenapa kau
menyekapku seperti ini?” tanya Sehun.
Tao tertawa, “Aku
hanya ingin menanyakan beberapa hal padamu…kau mengenal Michelle?” tanya Tao.
Sehun mengangguk,
“Ya aku mengenalnya, Michelle Kim bukan?” kata Sehun memastikan.
“Ya…saat dipesta
topeng bukankah kau berdansa dengan Michelle?” Sehun mengangguk, “Apa Michelle
datang kepesta itu denganmu?”
“Tidak…aku tidak
tahu Michelle datang kepesta itu dengan siapa…” kata Sehun.
“Lalu bagaimana
bisa kau mengenali Michelle, padahal Michelle mengenakan topeng…kau pasti sudah
tahu kalau itu Michelle karena dia datang denganmu kan!” kata Tao sembari
menggebrak meja.
Sehun tersentak,
“Dia tidak datang bersamaku…aku mengetahui itu Michelle, karena terlebih dahulu
Michelle mengenaliku dan dia menyebutkan namanya…jadi aku tahu kalau itu adalah
Michelle.” Jelas Sehun.
“Benarkah? Dia
tidak datang bersamamu? Lalu dia datang bersama siapa?” tanya Tao lagi.
“Sudah kukatakan!
Aku tidak tahu, aku juga tidak menanyakannya…” kata Sehun.
“Baiklah kalau itu
memang kebenarnya…pastikan dia meminum obatnya!” kata Tao lalu pergi
meninggalkan Sehun.
Sedang bawahan Tao
tengah menahan Sehun agar mau meminum obat pelumpuh otak. Agar dia tidak
mengingat kejadian ini.
-
Luhan masuk
kerumah Yifan, “Hey everybody…” sapa Luhan tapi tak ada yang menjawabnya.
“Kemana mereka? Apa mereka masih tidur?” Luhan lalu melangkahkan kakinya
kekamar Yifan, “Yifan…” betapa terkejutnya dia setelah membuka pintu kamar
Yifan.
“Oh my god…” kata
Luhan saat melihat Yifan dan Michelle tidur satu ranjang. “Hei!!! Bangun ini
sudah siang!!!” teriak Luhan membangunkan Yifan dan Michelle.
“Ya Tuhan!” Yifan
terkejut saat melihat Luhan.
“Hei, Yifan…kau
dan Michelle tidur satu ranjang…apa kau membius Michelle?” prasangka Luhan.
“Ada apa ini?
Kenapa ribut sekali…” kata Michelle beranjak dari tidurnya, “Luhan!! Sedang apa
kau pagi-pagi sudah bertamu…” kata Michelle terkejut.
Luhan
menggelengkan kepalanya, “Ck ck ck ck…tak bisa dipercaya Michelleku cantik
tidur bersama Yifan…kau bahkan selalu pergi setiap kali aku menyandarkan
kepalaku dibahumu, tapi ini wah…”
Yifan melempar
Luhan dengan bantal, “Kami hanya tidur bersama…tidak lebih, aku bukan pria
brengsek sepertimu…yang meniduri banyak wanita dalam waktu singkat,” olok Yifan.
“Kenapa kau jadi
menyinggungku…sudahlah kita lupakan saja, Michelle…” kata Luhan memegang tangan
Michelle.
“Apa?”
“Aku lapar…” kata
Luhan.
Yifan mendengus,
“Jadi kau datang pagi-pagi hanya untuk menumpang sarapan? Benar-benar…sudahlah
aku mau mandi dulu…” kata Yifan lalu beranjak ke toilet.
“Michelle…apa yang
dilakukan Yifan padamu?” bisik Luhan.
Michelle mendorong
dahi Luhan, “Kau ini…minggir katanya kau lapar,” kata Michelle bergegas kedapur
untuk menyiapkan sarapan.
“Michelle, ceritakan
padaku…” pinta Luhan.
“Dia tidak berbuat
apapun padaku…” kata Michelle.
“Kau pasti bohong,
iya kan?”
Michelle menghela
nafasnya, “Terserahmu sajalah!”
-
“Meihsiu kau
dipanggil oleh Ny.Xiu…” kata rekan kerja Meihsiu.
Meihsiu mengangguk,
“Ada apa ini? Apa aku akan dipecat karena mencintai Xiumin?” batinnya cemas.
Klek…
Meihsiu masuk
keruangan Ny.Xiu, “Nyonya memanggilku?” tanya Meihsiu, Ny.Xiu mengangguk.
“Duduklah…” kata
Ny.Xiu. “Aku sering melihatmu bersama dengan anakku, Xiumin…apa kau mencintai
anakku itu?” tanya Ny.Xiu.
“I…iya nyonya, aku
mohon jangan memecatku nyonya…” kata Meihsiu tertunduk.
Ny.Xiu
menyunggingkan senyuman pada Meihsiu, “Aku tidak akan memecatmu…malahan aku
ingin mengangkatmu…”
Meihsiu menegakkan
kepalanya, “Mengangkatku?” tanya Meihsiu tak mengerti.
Ny.Xiu mengangguk,
“Iya…mengangkatmu untuk menjadi menantuku…” kata Ny.Xiu, membuat Meihsiu
terkejut.
“Menantu?” kata
Meihsiu tak percaya.
“Apa kau tidak
mau?” tanya Ny.Xiu.
Airmata haru
membasahi pipi Meihsiu, “Tentu saja…aku mau nyonya…” katanya tersenyum.
-
“Aku sangat kecewa
pada anakmu, presdir…” kata Oh Seo Jin, pemilik Sejin Grup.
Huang Zi Feng tak
mengerti, “Kecewa? Karena apa?” tanyanya.
“Dia telah
menghinaku, dia menyekap anakku dan memberinya obat pelumpuh otak…untung saja,
ada seseorang yang menolongnya jika tidak anakku mungkin akan lumpuh seumur
hidupnya!”
“Apa?”
“Kita putuskan
saja mitra kerja kita…aku akan mencabut semua sahamku diperusahaanmu!” kata Oh
Seo Jin lalu melangkah pergi.
“Tapi…presdir…”
-
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar