Kamis, 15 Oktober 2015

Fanfiction Step Mad 5



Title : Step Mad  - Chapter 5 –
Author : Liany Wu  
Rating : PG15
Length : Chaptered
Genre : Romance
Cast :
-          Wu Yifan
-          Michelle Kim
-          Huang Zitao
-          Liu Meihsiu and Others
Disclamer : Cerita ini hasil karangan saya dan milik saya sendiri, sedangkan tokoh milik Tuhan YME dan orang tua masing-masing tokoh.
Warning : Don’t be a plagiators and siders! :)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------     
   “Yifan…” panggil Michelle.
   “Apa?” tanya Yifan sembari mengenakan jasnya.
   Michelle mendekat kearah Yifan, lalu mengencangkan dasi Yifan. “Nah…sekarang terlihat rapi,” kata Michelle.
    Yifan mengerjapkan matanya, “Makanlah aku membuat pancake untukmu…” kata Michelle lalu bergegas mengambil baju kotor Yifan kedalam kamar.
   Yifan menahan tangan Michelle, “Temani aku makan dulu, baru lanjutkan pekerjaanmu…” kata Yifan.
   Michelle tersenyum, “Baiklah…ayo!” kata Michelle mendorong Yifan ke meja makan. Lalu menuangkan cairan gula diatas pancake Yifan. “Makanlah yang banyak…”
   “Kau tidak makan?” tanya Yifan.
    Michelle menggelengkan kepalanya, “Tidak…aku tidak lapar,” kata Michelle menyangga dagu memperhatikan Yifan makan.
   “Ya sudahlah…” kata Yifan datar.
   Michelle terus memperhatikan Yifan yang tengah melahap sarapannya itu, Yifan terlihat canggung hingga tersedak. Michelle dengan sigap mengambil air untuk Yifan. “Makan begitu saja, kau sampai tersedak…” kata Michelle.
   “Ini karena pancakemu keras jadi aku tersedak!” kata Yifan berbohong.
   “Benarkah? Tapi Luhan bilang pancakeku sangat lembut…” kata Michelle lalu melahap pancake digarpu Yifan yang hampir dimasukkannya kedalam mulut Yifan.
   Yifan cegukkan, “Ini sangat lembut…” kata Michelle sembari mengunyah. Yifan beranjak dari duduknya, “Kau mau kemana? Pancakemu belum habis…” kata Michelle.
   “Aku tidak mau makan pancake kerasmu…” kata Yifan lalu pergi.
   Michelle mengerucutkan bibirnya, “Jelas-jelas ini sangat lembut…hufht dasar Yifan!” gerutu Michelle lalu beranjak melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
  Diluar terlihat Yifan dibalik pintu, dengan tangan kiri memegang gagang pintu dan tangan kanan memegangi dadanya. Yifan mencoba mengatur pernafasan, “Hufht…kenapa aku gugup?”
-
  Bawahan Tao memberi beberapa foto Michelle saat berada dipesta topeng, “Ini tuan…ternyata Michelle juga menghadiri pesta itu,”
   “Dia menghadirinya? Lalu bersama siapa?” tanya Tao sembari melihat fotonya.
   “Kami belum tahu jelas, dia bersama beberapa lelaki disana…jadi kami belum bisa menyimpulkan dengan siapa Michelle datang kesana…” kata bawahan Tao.
   “Lalu, siapa saja lelaki yang bersama Michelle?” tanya Tao lagi.
   “Awalnya Michelle berdansa bersama Luhan, lalu dengan putra pemilik Sejin Grup Oh Sehun, Chen dan terakhir kali dia bersama Wu Yifan…” kata bawahan Tao.
   “Baiklah…selidiki mereka kecuali Chen,” kata Tao.
   Bawahan Tao mengangguk, “Baik tuan, permisi…”
   “Luhan, Oh Sehun dan Yifan…siapa diantara kalian yang telah menyembunyikan Michelle dariku?” gumam Tao sembari melihat hamparan kota Beijing di kaca jendelanya.
-
  Yifan tak dapat konsentrasi dengan rapatnya, dia masih mengingat jelas saat Michelle yang melahap pancake digarpunya yang hampir dia lahap. Bibir mereka saat itu sangat dekat, mungkin satu inchi lagi bibir mereka bersentuhan. Yifan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Aish..kenapa aku terus memikirkan itu?” batinnya.
  “Direktur, apa anda sakit kepala?” tanya sekretaris Yang.
   Yifan menggeleng, “Aku baik-baik saja…” kata Yifan lalu kembali memperhatikan jalannya rapat, meski pikirannya melayang pada kejadian saat sarapan.
   Diam-diam Emma memperhatikan kakak tirinya itu, “Dia tidak biasanya seperti  itu…” batinnya, “Ada apa sebenarnya?”
-
  Michelle menatap jam dinding, jarum jam menunjuk angka 9. “Aish…kenapa Yifan belum pulang juga,” kata Michelle yang sedari tadi menunggu Yifan pulang.
   Klek…
   Pintu rumah terbuka, “Oh…kau sudah pulang, duduklah aku akan memanasi makanannya..” kata Michelle sembari mengambil wajan.
   “Tidak perlu…” kata Yifan dingin.
   “Kenapa?” tanya Michelle heran.
    “Aku tidak lapar…aku mau tidur jangan ganggu aku!” kata Yifan lalu masuk kedalam kamar.
    Michelle menghela nafasnya, “Ya sudah…kalau kau lapar ambil saja makanan dikulkas ya?” kata Michelle, tapi Yifan tidak menghiraukannya.
   Michelle memasukkan makanan kedalam kulkas, lalu bergegas untuk tidur. Disisi lain, Yifan tampak tengah memegangi perutnya. Berkali-kali Yifan mencoba untuk memejamkan matanya, tapi perutnya terus berteriak. Dia lapar. “Karena gugup, aku harus menahan lapar seperti ini, sial sekali!” gerutu Yifan.
   Jam menunjuk pukul 11, Yifan tak kuat lagi menahan rasa laparnya dia lalu beranjak dari ranjang. Dia keluar dari kamar, terlihat lampu kamar Michelle sudah padam, “Dia pasti sudah tidur…” pikir Yifan, lalu berjalan ke dapur. Dia mengambil beberapa makanan di dalam kulkas dan memakannya tanpa dia panasi terlebih dahulu.
   “Ahh…haus sekali…” kata Michelle lalu beranjak dari tidurnya dan betapa terkejutnya dia saat melihat Yifan makan dengan rakusnya. Michelle terkekeh, “Kau bilang tadi tidak lapar…” kata Michelle mengejutkan Yifan.
   Yifan meletakkan sumpitnya, “Memang tadi aku tidak lapar, tapi tiba-tiba saja aku ingin makan sesuatu…” elak Yifan.
   Michelle duduk dikursi bersebrangan dengan Yifan, sembari menyangga dagunya. “Makanlah…aku akan menemanimu,” kata Michelle.
   Yifan melupakan rasa malunya dan kembali melahap makanannya, tiba-tiba saja tangan Michelle menyentuh bibirnya.
   “Kau ini seperti anak kecil, makan sampai belepotan seperti ini…” kata Michelle membersihkan makanan diujung bibir Yifan.
   Yifan cegukan, canggung. “Sudahlah, cuci piringnya…” katanya lalu berdiri.
   Michelle mengerucutkan bibirnya, “Kau yang makan kenapa harus aku yang mencuci piringnya…” keluh Michelle, membuat Yifan berbalik lalu mengambil piring dan gelas selesai dipakai lalu mencucinya.
   “Aish…kenapa aku malah mencuci piring, seharusnya kau yang mencucinya!” bentak Yifan, tapi saat dia berbalik kearah Michelle. “Hufht…hei, kenapa kau tidak tidur dikamar?” kata Yifan mengguncang tubuh Michelle tapi tak direspon. “Aish..benar-benar…”
   Yifan mau tidak mau harus membopong Michelle kekamarnya dan membaringkannya diranjang, saat dia hendak membaringkannya tiba-tiba saja tangan Michelle menarik lehernya hingga kini bibirnya menempel dengan bibir minimalis milik Michelle. Matanya terbelalak.
   Yifan mengerjapkan matanya, lalu menjauhkan bibirnya dari Michelle. Menarik selimut menutupi tubuh Michelle, Yifan lalu keluar dari kamar Michelle. Dia menelan salivanya berat, “Kenapa aku jadi sering gugup seperti ini…huh…” katanya lalu mengembuskan nafasnya panjang.
-
  “Hey man…hai Meihsiu…” sapa Luhan sembari merangkul bahu Xiumin.
   Xiumin menyingkirkan tangan Luhan dari bahunya. “Hai juga…” balas sapa Meihsiu sembari melambaikan tangan.
   “Aish…setiap hari selalu buku, pagi siang malam selalu buku…kalian tidak bosan apa? Besok kan weekend, bagaimana kalau kita berlibur kepantai?” usul Luhan.
   “Bagaimana?” tanya Xiumin pada Meihsiu, Meihsiu mengangkat bahunya.
   “Kalau ada Michelle aku mungkin bisa ikut, karena besok aku libur bekerja…” kata Meihsiu.
   Luhan mengangguk, “Baiklah kita ajak Michelle dan juga Yifan sekaligus, lebih banyak orang bukankah sangat menyenangkan?” kata Luhan.
   “Baiklah, aku setuju…” kata Xiumin.
   “Baiklah kita berkumpul dirumahku jam 8 pagi…”
-
   Yifan keluar dari kamarnya tanpa setelan jas yang setiap hari dia kenakan, “Oh…kau tidak bekerja hari ini?” tanya Michelle yang tengah menyiapkan sarapan untuk Yifan.
  “Tidak…” singkat Yifan.
   “Lalu hari ini, kau berencana mau pergi kemana? Tidak biasanya kau bolos…pasti ada acara yang pentingkan?” tanya Michelle sembari menuangkan jus jeruk kedalam gelas.
   “Kau ini mau tahu saja…” gerutu Yifan lalu melahap roti berselaikan cokelat itu.
   Michelle mengerucutkan bibirnya, “Aku Cuma bertanya…” kata Michelle lalu duduk.
   “Hari ini adalah hari dimana ibuku meninggal, jadi aku akan pergi kepemakaman hari ini, kau puas?” kata Yifan.
   “Bolehkah aku ikut? Boleh ya, aku sangat bosan dirumah terus…lagipula aku sudah membersihkan…” belum selesai Michelle berbicara, Yifan sudah memotongnya.
   “Iya…cepat bersiap!” kata Yifan.
   Michelle tersenyum lalu berlari kekamarnya, berganti pakaian. Tak selang beberapa waktu. Yifan tampak keluar dari kamarnya mengenakan setelan jas lengkap. “Michelle cepat sedikit!” kata Yifan.
   “Iya…” Michelle keluar dari kamarnya, “Kau mengenakan jasmu…” kata Michelle menunjuk Yifan.
   “Apa itu penting? Sudahlah cepat…” kata Yifan lalu keluar dari rumah disusul Michelle.
   Michelle berjalan seperti buntut dibelakang Yifan, membuat Yifan risih. “Kau ini berjalan lamban sekali!” kata Yifan.
   Michelle mendengus, “Kau yang berjalan terlalu cepat!” kata Michelle.
   Yifan dan Michelle lalu masuk kedalam mobil, Yifan menghentikan laju mobilnya di sebuah toko bunga, “Belikan aku bunga mawar putih…” kata Yifan sembari memberi beberapa lembar yuan pada Michelle.
   Michelle lalu keluar dari mobil, dan membelikan mawar putih seperti yang Yifan inginkan kemudian kembali kedalam mobil. “Ini…” kata Michelle menyodorkan sebucket mawar putih itu pada Yifan.
   “Letakkan disana…” kata Yifan menunjuk kursi belakang.
   Sekitar dua puluh menit, akhirnya Yifan dan Michelle tiba juga dipemakaman. “Dimana makam ibumu?” tanya Michelle.
   “Diatas…” kata Yifan.
   Michelle ternganga, “Kau gila aku mengenakan highheels, kakiku bisa lecet nanti…” keluh Michelle.
   Yifan menghela nafasnya, “Siapa suruh kau menggunakan sepatu itu!” bentak Yifan, “Kalau kau tidak kuat, tunggu saja aku dimobil…” kata Yifan.
   “Sendirian? Lebih baik aku ikut denganmu,” kata Michelle lalu menaiki tangga mendahului Yifan, kaki Michelle mulai tak bersahabat dengannya lagi. “Aww…” rengeknya memegangi kakinya yang lecet.
   Yifan membungkuk, “Naiklah…” katanya.
   “Apa?”
   “Aku akan menggendongmu, naiklah…” kata Yifan, Michelle lalu naik kepunggung Yifan.
   Yifan menaiki tangga sembari menggendong Michelle, “Aish…kau berat sekali!” kata Yifan, lalu dia menurunkan Michelle tiba-tiba, “Sudah sampai…” kata Yifan.
   “Ini makam ibumu?” tanya Michelle sembari membersihkan dedaunan dibajunya.
   Yifan mengangguk sembari meletakkan sebucket bunga mawar putih kesukaan ibunya itu, “Ibu aku datang…” kata Yifan mengelus nisan ibunya itu.
   “Hai bibi…aku Michelle,” kata Michelle melambaikan tangannya. “Bagaimana kabar bibi? Baikkan? Yifan juga baik, dia makan dengan baik…” kata Michelle.
   Yifan memperhatikan Michelle yang berbicara pada makam ibunya itu, senyuman kecil mengembang dibibirnya.
   Tiba-tiba, hujan turun dengan derasnya…
   Michelle dan Yifan beranjak berlarian, Michelle berlari kearah Timur sedangkan Yifan kearah Barat. Yifan berbalik lalu menarik tangan Michelle, “Kesini!” kata Yifan berlari kearah Barat.
   Yifan dan Michelle berteduh dibawah pohon yang lebat sehingga dapat menahan air. Michelle memeluk kedua bahunya yang kedinginan. Yifan lalu melepas jasnya dan memakaikannya pada Michelle. “Ini basah…” kata Michelle.
   “Setidaknya bisa membuatmu lebih hangat…” kata Yifan.
   Michelle menarik jas milik Yifan untuk mengurangi rasa dingin tubuhnya, “Hattciiiih!!” Michelle bersin. “Hattciiiih!!!”
   “Kau sih, kenapa memakai baju tanpa lengan seperti itu…” gerutu Yifan.
   “Tadi kan cerah, mana kutahu akan turun hujan…Hattciiih!” kata Michelle.
   Yifan melepas kancing kemejanya satu per satu, lalu melepas kemejanya. “Apa yang kau lakukan?” tanya Michelle.
   “Sini…” kata Yifan menarik tubuh Michelle kedalam pelukannya.
   “Apa?”
   “Panas tubuh…bisa membuatmu lebih hangat,” kata Yifan.
   Michelle lalu merapatkan tubuhnya pada Yifan, “Jangan berpikir macam-macam…aku melakukan ini agar kau tidak sakit,” kata Yifan.
   Michelle mendongakkan kepalanya, “Kau mengkhawatirkanku?” tanya Michelle.
   “Tidak…hanya saja kalau kau sakit, siapa yang akan memasak untukku nanti dan itu juga akan menguras uangku untukmu berobat kerumah sakit…” kata Yifan.
   “Dasar pelit…” kata Michelle lalu memeluk Yifan lebih erat lagi.
   Tak jauh darisana, terlihat seseorang tengah memperhatikan Yifan dan Michelle. Dia terkejut.
-
-
-TBC-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar