Title : Step Mad -
Chapter 3 –
Author : Liany Wu
Rating : PG15
Length : Chaptered
Genre: Romance
Cast :
-
Wu Yifan
-
Michelle Kim
-
Huang Zitao
-
Liu Meihsiu and Others
Disclamer : Cerita ini hasil karangan saya dan milik saya
sendiri, sedangkan tokoh milik Tuhan YME dan orang tua masing-masing tokoh.
Warning : Don’t be a plagiators and siders! >.<
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Yifan keluar dari
kamarnya, dia berjalan kedapur dan membuka tudung saji. “Aish tidak ada makanan
sama sekali…gadis itu benar-benar! Michelle!! Michelle!!!” panggil Yifan tapi
tak ada jawaban.
Yifan melangkah ke
kamar Michelle, kali ini dia mengetuk pintu Michelle. Tapi tak ada jawaban
juga, jadi Yifan putuskan untuk membukanya. “Michelle…” dilihatnya Michelle
masih meringkuk diranjang.
“Apa kau marah
karena hal semalam…baiklah aku minta maaf, sekarang bangun dan masaklah
untukku..Michelle!!” Yifan mengguncang-guncangkan tubuh Michelle tapi dia tak
membuka kedua matanya.
Yifan meletakan
tangannya didahi Michelle, “Michelle kau demam? Michelle buka
matamu…Michelle!!” tapi Michelle tak menjawabnya, jadi Yifan putuskan untuk
menggendong Michelle dan membawanya ke rumah sakit.
-
Meihsiu tampak
tengah membaca buku dibawah pohon belakang kampus, tiba-tiba saja Xiumin datang
menghampirinya. “Hai…”
“Kau...? mau apa
datang kemari?” Tanya Meihsiu.
“Tidak ada
apa-apa…aku hanya ingin duduk disini bersamamu…” kata Xiumin, “Pemandangannya
indah ya…” lanjutnya.
“Tadinya, tapi
sekarang tidak lagi…” kata Meihsiu beranjak dari duduknya dan pergi tapi Xiumin
menarik tangannya.
“Tidak bisakah kau
tinggal sebentar disini denganku?” Tanya Xiumin.
Meihsiu
mengibaskan tangannya, “Maaf…tapi aku harus bekerja,” kata Meihsiu lalu pergi.
Xiumin mengejar
Meihsiu, “Hari ini, pekerjaanmu adalah menemaniku makan…” kata Xiumin lalu
menarik tangan Meihsiu.
“Tapi…ibumu bisa
marah nanti padaku…” kata Meihsiu menghentikan langkah Xiumin.
Xiumin menatap
Meihsiu, “Tenang saja…aku yang akan bertanggungjawab nanti…” sembari tersenyum.
-
“Yifan…aku
datang…” kata Luhan masuk kedalam rumah Yifan. “Kemana dia? Bibi Xiao Peng?”
tapi tak ada jawaban sekalipun. “Kemana perginya semua orang…”
Luhan mengeluarkan ponselnya lalu menelepon
Yifan, tersambung.
“Yifan…kau ada
dimana? Rumah sakit? Apa kau sakit? Oh…ya sudah aku akan menunggumu dirumah,
iya…pai.” Luhan menutup teleponnya.
Luhan merebahkan
tubuhnya disofa, sembari menyetel televisi. Dia mengganti channel tv dan
melihat wajah cantik menghiasi layar kaca itu. “Ouh…Michelle memang killer, dia
benar-benar sangat cantik…” gumam Luhan.
Klek…
Pintu terbuka,
Yifan masuk kedalam rumah sembari memapah Michelle. Luhan mengalihkan pandangannya
pada Yifan, dan dia terperanjak dari sofa. “Michelle!!!”
“Apa?” Kata
Michelle lesu.
“Luhan kau
mengenalnya?” Tanya Yifan heran.
“Tentu saja…dia
adalah putri tunggal pemilik perusahaan terbesar ketiga di China setelah
perusahaanmu, dia itu putri paman Lee.” Kata Luhan.
Yifan terkejut
dan melepaskan Michelle hingga dia terjatuh kelantai, “Arghh!! Sakit sekali…”
teriak Michelle.
Yifan segera
tersadar dan membantu Michelle berdiri, “Maaf…Kau masuklah kekamar dan
istirahat,” kata Yifan, Michelle mengangguk lalu masuk kedalam kamarnya.
“Hei…ternyata kau
yang menyembunyikan Michelle…” kata Luhan.
“Maksudmu?” Tanya
Yifan.
Luhan mendengus,
“Kau ini…Michelle itu akan dijodohkan dengan Tao, mendengar itu Michelle lalu
kabur dari rumah…dan ternyata ck ck ck, dia ada disini bersamamu…”
“Aku tidak tahu
itu…yang kutahu Michelle adalah pembantuku,” kata Yifan datar.
Mata Luhan
terbelalak, “Apa!!! Gadis secantik dia kau jadikan pembantu!! Kau gila!!!”
teriak Luhan.
Yifan membekap
mulut Luhan, “Pelankan sedikit suaramu, ada orang sakit disini…Michelle yang
datang sendiri kerumahku dan melamar kerja sebagai pembantu disini, jadi karena
bibi Xiao Peng sakit aku menerimanya saja…” kata Yifan.
“Kau gila…kalau
Michelle datang kerumahku, aku yang jadikan dia istriku…” kata Luhan.
Yifan mendorong
dahi Luhan, “Kau ini, yang hanya diotakmu hanya wanita…sudahlah aku harus
meeting, kau bisakan jaga Michelle untukku…”
“Tentu
saja…dengan senang hati,” kata Luhan.
“Awas kau! Kalau
sampai berbuat macam-macam…oh ya obatnya ada dikamar Michelle pastikan dia
meminum obatnya, aku pergi…” kata Yifan.
Luhan membuka
pintu untuk Yifan, “Baik tuan muda Wu…”
-
Meihsiu tengah
belajar bersama Xiumin dibawah pohon maple dibelakang kampus, terlihat Xiumin
tidur dipangkuan paha Meihsiu.
Drrrttttt….
Sebuah pesan masuk
ke ponsel Meihsiu, “Dari Michelle…Meihsiu, kau bisa datang kerumah Yifan? Aku
sedang sakit…cepatlah kemari, aku membutuhkanmu.”
“Aku harus segera pergi,”
kata Meihsiu merapikan buku-bukunya.
Xiumin beranjak,
“Kemana? Aku akan mengantarmu…” katanya.
Meihsiu
menggelengkan kepalanya, “Tidak perlu…aku bisa naik bus nanti,” kata Meihsiu
menolak tawaran Xiumin.
“Naik bus akan
memakan waktu lama, kelihatannya kau sedang buru-buru…ayo aku antar!” kata
Xiumin menarik tangan Meihsiu.
-
Yifan tampak tak
konsentrasi, dia masih memikirkan perihal Michelle yang merupakan putri dari
paman Lee. Dia masih tidak percaya, yang sering dia dengar dari adiknya.
Michelle anak yang manja dan juga gila belanja. Tapi, kenyataan sungguh
bertolak belakang, Michelle terlihat mandiri.
“Direktur Wu…apa
yang kau pikirkan?” bisik sekretaris Yang.
Yifan segera
mengakhiri lamunannya itu, “Tidak ada…” jawabnya singkat.
“Oh..perhatikanlah
pembahasannya, karena ini sangat penting…” kata sekretaris Yang menasehati.
Yifan mengangguk,
kemudian kembali focus pada isi pembahasan rencana pembangunan mall dan hotel
itu.
-
“Michelle…makan
siang sudah siap…” Luhan masuk ke kamar Michelle sembari membawa nampan berisi
makanan.
Tiba-tiba bel
rumah berbunyi…
“Aish…siapa yang
datang bertamu, mengganggu suasana saja..” gerutu Luhan, “Aku akan segera
kembali…”kata Luhan lalu pergi menyambangi tamu yang datang.
Klek…
“Siapa?” Tanya Luhan. “Xiumin…”
“Luhan…Meihsiu
jadi kau kesini mau bertemu dengan Luhan?” Tanya Xiumin.
Meihsiu
menggelengkan kepalanya, “Tidak…aku kesini mau bertemu dengan Michelle, kau
jangan salah paham…”
“Ada apa
ribut-ribut…” sela Michelle
“Michelle!!!”
Xiumin terkejut melihat Michelle ada disana.
Michelle menarik
Meihsiu kedapur, “Meihsiu…kenapa kau membawa Xiumin kesini?” bisik Michelle.
“Maaf…tadi dia
memaksa untuk mengantarku kemari, aku sudah mencegahnya tapi dia tetap kekeuh
mengantarku…” kata Meihsiu.
“Aish…kau ini,”
“Hei…Ladies apa
yang kalian bicarakan disana?” Tanya Luhan.
Michelle berjalan
mendekat kearah Luhan dan Xiumin, lalu duduk disamping Luhan. “Xiumin…aku mohon
ya jangan beritahu siapapun kalau aku ada disini, terlebih pada Chen dia pasti
akan memberitahukan Tao nanti…”
“Tenang saja…aku
tidak akan mengatakan pada siapapun,” jawab Xiumin kalem.
“Baiklah kupegang
janjimu…” kata Michelle. “Meihsiu, ikutlah kekamar bersamaku…” kata Michelle
sembari beranjak dari duduknya, Meihsiu mengangguk.
“Ada apa dengan
mereka…kenapa masuk kedalam kamar, jangan-jangan mereka pasangan lesbi…” kata
Luhan asal.
Xiumin melempar
Luhan dengan kacang, “Kau ini! Kau seperti tidak tahu wanita saja…mereka saat
ini pasti sedang curhat…”
“Bagaimana kau
bisa tahu? Kalau kau tidak melihatnya secara langsung…” kata Luhan lalu
mendekat kearah pintu kamar Michelle, dia menempelkan telinganya dipintu.
“Dada datarmu
itu!!" begitulah kira-kira yang Luhan dengar hingga membuatnya menelan
salivanya berat.
-
“Maaf tuan
muda…kami belum bisa menemukan dimana Michelle berada…” kata seorang suruhan
Tao.
Tao membanting vas
bunga, “Mencari satu gadis saja kalian tidak mampu!!” bentak Tao.
Orang suruhan Tao
itu tertunduk, “Maaf…tapi Beijing sangat luas tuan,” jawabnya.
“Seluas apapun,
kau harus mencarinya sampai dapat!!! Aku tidak mau tahu! Meski kau harus
mengelilingi China atau bahkan dunia ini, cari dia dan bawa kehadapanku!” kata
Tao.
“Baik tuan
muda…saya permisi,” orang suruhan Tao keluar dari ruangan Tao.
Tao menatap
jendela, “Sebenarnya kau ada dimana, Michelle…” batinnya.
-
“Kau sudah
pulang…” kata Michelle sembari menuangkan air kedalam gelas.
Yifan mengangguk,
“Dan kau…kau sudah baikan?” Tanya Yifan lalu meletakan tangannya didahi
Michelle.
Michelle menangkis
tangan Yifan, “Kau ini, apa-apaan sih aku baik-baik saja…cepatlah makan sebelum
makanannya dingin…” kata Michelle lalu beranjak pergi dari dapur.
“Makanlah
bersamaku…” kata Yifan, membuat langkah Michelle terhenti.
Michelle memutar
pandangannya pada Yifan, “Apa aku tidak salah dengar? Coba ulangi…” kata
Michelle sembari mendekatkan telinganya pada Yifan.
“Makanlah
bersamaku, pembantuku yang jelek…” kata Yifan lagi.
Michelle
mendengus, “Kau menghina karya Tuhan…kau berdosa…” kata Michelle.
Yifan menghela
nafasnya panjang lalu beranjak dari duduknya dan mendudukkan Michelle dikursi
yang bersebrangan dengan kursi Yifan. “Makanlah bersamaku…pembantuku yang
cantik jelita…” katanya lalu kembali duduk.
Yifan meletakan
daging diatas mangkuk Michelle, “Makanlah yang banyak dan segera bekerja…” kata
Yifan.
Michelle
mengerucutkan bibirnya, “Eumm…Yifan…”
“Apa?” Tanya
Yifan.
“Kenapa kau tidak
tinggal bersama paman Wu, dan malah tinggal disini sendirian?” Tanya Michelle.
“Aku tidak nyaman
dengan ibu tiriku, jadi aku pindah kerumah ini…” kata Yifan datar.
Michelle
mengangguk, “Oh…kenapa kau tidak nyaman dengan ibumu?” Tanya Michelle lagi.
“Entahlah aku juga
tidak tahu…”
“Aneh masa kau
tidak tahu alasannya, eumm jadi Emma itu adik tirimu?” tanya Michelle.
Yifan menatap
Michelle, “Kau ini sudah seperti wartawan saja, cepat makan!” kata Yifan
sembari memasukkan daging kedalam mulut Michelle.
“Dasar…”
-
“Dimana Tao?”
Tanya Chen pada seorang penjaga.
“Dia masih ada
dikamarnya tuan…”
Chen mengangguk
lalu berjalan masuk ke kamar Tao, “Tao…” terlihat dimeja penuh dengan minuman
anggur, bau anggur yang khas tercium hingga membuat Chen menutup hidungnya.
Chen duduk ditepi
ranjang Tao, lalu membangunkan Tao dari tidurnya. “Hei…Tao bangun, ini sudah
siang…” kata Chen.
Tao tak bereaksi,
“Aish anak ini susah sekali untuk bangun…” gerutu Chen lalu masuk ketoilet dan
kembali dengan segelas air ditangannya.
Byurrr….
Disiramnya air itu
oleh Chen ke muka Tao, Tao tersentak. “Banjiir!!!” teriak Tao.
Chen tertawa
melihat reaksi Tao yang lucu, “Kau, kau ini…!” Tao menunjuk Chen, “Kenapa kau
menyiramku?!!!”
“Maaf...habisnya
kau sulit sekali dibangunkan jadi aku ambil saja air dan menyirammu…sudahlah
cepat mandi dan hari ini ada pesta penting yang harus kau hadiri…” kata Chen.
Tao menggelengkan
kepalanya, “Tidak mau!!” kata Tao.
“Kenapa?” Tanya
Chen.
“Kalau aku tidak
mau ya tidak!”
-
Michelle terlihat
tengah mengelap kaca jendela rumah Yifan, sedangkan disisi lain Yifan terlihat
tengah mengencangkan dasinya lalu bergegas keluar dari kamarnya.
“Michelle…”
panggil Yifan.
“Apa?” Tanya
Michelle.
“Aku boleh minta
tolong sesuatu?” tanya Yifan.
“Apa?” tanya
Michelle lagi.
Yifan terdiam
sejenak, “Jadilah pasanganku…” kata Yifan, sontak membuat Michelle ternganga
dan percaya.
“Kau ingin aku
menjadi pasanganmu?”
-
-
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar