Sabtu, 10 Oktober 2015

Fanfiction Step Mad 3









Title : Step Mad  - Chapter 3 –
Author : Liany Wu
Rating : PG15
Length : Chaptered
Genre: Romance
Cast :
-          Wu Yifan
-          Michelle Kim
-          Huang Zitao
-          Liu Meihsiu and Others
Disclamer : Cerita ini hasil karangan saya dan milik saya sendiri, sedangkan tokoh milik Tuhan YME dan orang tua masing-masing tokoh.
Warning : Don’t be a plagiators and siders! >.<
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------     
  Yifan keluar dari kamarnya, dia berjalan kedapur dan membuka tudung saji. “Aish tidak ada makanan sama sekali…gadis itu benar-benar! Michelle!! Michelle!!!” panggil Yifan tapi tak ada jawaban.
   Yifan melangkah ke kamar Michelle, kali ini dia mengetuk pintu Michelle. Tapi tak ada jawaban juga, jadi Yifan putuskan untuk membukanya. “Michelle…” dilihatnya Michelle masih meringkuk diranjang.
   “Apa kau marah karena hal semalam…baiklah aku minta maaf, sekarang bangun dan masaklah untukku..Michelle!!” Yifan mengguncang-guncangkan tubuh Michelle tapi dia tak membuka kedua matanya.
   Yifan meletakan tangannya didahi Michelle, “Michelle kau demam? Michelle buka matamu…Michelle!!” tapi Michelle tak menjawabnya, jadi Yifan putuskan untuk menggendong Michelle dan membawanya ke rumah sakit.
 -
   Meihsiu tampak tengah membaca buku dibawah pohon belakang kampus, tiba-tiba saja Xiumin datang menghampirinya. “Hai…”
   “Kau...? mau apa datang kemari?” Tanya Meihsiu.
    “Tidak ada apa-apa…aku hanya ingin duduk disini bersamamu…” kata Xiumin, “Pemandangannya indah ya…” lanjutnya.
    “Tadinya, tapi sekarang tidak lagi…” kata Meihsiu beranjak dari duduknya dan pergi tapi Xiumin menarik tangannya.
   “Tidak bisakah kau tinggal sebentar disini denganku?” Tanya Xiumin.
    Meihsiu mengibaskan tangannya, “Maaf…tapi aku harus bekerja,” kata Meihsiu lalu pergi.
    Xiumin mengejar Meihsiu, “Hari ini, pekerjaanmu adalah menemaniku makan…” kata Xiumin lalu menarik tangan Meihsiu.
   “Tapi…ibumu bisa marah nanti padaku…” kata Meihsiu menghentikan langkah Xiumin.
   Xiumin menatap Meihsiu, “Tenang saja…aku yang akan bertanggungjawab nanti…” sembari tersenyum.
-
   “Yifan…aku datang…” kata Luhan masuk kedalam rumah Yifan. “Kemana dia? Bibi Xiao Peng?” tapi tak ada jawaban sekalipun. “Kemana perginya semua orang…”
    Luhan mengeluarkan ponselnya lalu menelepon Yifan, tersambung.
   “Yifan…kau ada dimana? Rumah sakit? Apa kau sakit? Oh…ya sudah aku akan menunggumu dirumah, iya…pai.” Luhan menutup teleponnya.
    Luhan merebahkan tubuhnya disofa, sembari menyetel televisi. Dia mengganti channel tv dan melihat wajah cantik menghiasi layar kaca itu. “Ouh…Michelle memang killer, dia benar-benar sangat cantik…” gumam Luhan.
    Klek…
    Pintu terbuka, Yifan masuk kedalam rumah sembari memapah Michelle. Luhan mengalihkan pandangannya pada Yifan, dan dia terperanjak dari sofa. “Michelle!!!”
    “Apa?” Kata Michelle lesu.
    “Luhan kau mengenalnya?” Tanya Yifan heran.
    “Tentu saja…dia adalah putri tunggal pemilik perusahaan terbesar ketiga di China setelah perusahaanmu, dia itu putri paman Lee.” Kata Luhan.
    Yifan terkejut dan melepaskan Michelle hingga dia terjatuh kelantai, “Arghh!! Sakit sekali…” teriak Michelle.
   Yifan segera tersadar dan membantu Michelle berdiri, “Maaf…Kau masuklah kekamar dan istirahat,” kata Yifan, Michelle mengangguk lalu masuk kedalam kamarnya.
   “Hei…ternyata kau yang menyembunyikan Michelle…” kata Luhan.
   “Maksudmu?” Tanya Yifan.
   Luhan mendengus, “Kau ini…Michelle itu akan dijodohkan dengan Tao, mendengar itu Michelle lalu kabur dari rumah…dan ternyata ck ck ck, dia ada disini bersamamu…”
   “Aku tidak tahu itu…yang kutahu Michelle adalah pembantuku,” kata Yifan datar.
    Mata Luhan terbelalak, “Apa!!! Gadis secantik dia kau jadikan pembantu!! Kau gila!!!” teriak Luhan.
   Yifan membekap mulut Luhan, “Pelankan sedikit suaramu, ada orang sakit disini…Michelle yang datang sendiri kerumahku dan melamar kerja sebagai pembantu disini, jadi karena bibi Xiao Peng sakit aku menerimanya saja…” kata Yifan.
    “Kau gila…kalau Michelle datang kerumahku, aku yang jadikan dia istriku…” kata Luhan.
    Yifan mendorong dahi Luhan, “Kau ini, yang hanya diotakmu hanya wanita…sudahlah aku harus meeting, kau bisakan jaga Michelle untukku…”
    “Tentu saja…dengan senang hati,” kata Luhan.
    “Awas kau! Kalau sampai berbuat macam-macam…oh ya obatnya ada dikamar Michelle pastikan dia meminum obatnya, aku pergi…” kata Yifan.
    Luhan membuka pintu untuk Yifan, “Baik tuan muda Wu…”
-
    Meihsiu tengah belajar bersama Xiumin dibawah pohon maple dibelakang kampus, terlihat Xiumin tidur dipangkuan paha Meihsiu.
   Drrrttttt….
   Sebuah pesan masuk ke ponsel Meihsiu, “Dari Michelle…Meihsiu, kau bisa datang kerumah Yifan? Aku sedang sakit…cepatlah kemari, aku membutuhkanmu.”
   “Aku harus segera pergi,” kata Meihsiu merapikan buku-bukunya.
   Xiumin beranjak, “Kemana? Aku akan mengantarmu…” katanya.
   Meihsiu menggelengkan kepalanya, “Tidak perlu…aku bisa naik bus nanti,” kata Meihsiu menolak tawaran Xiumin.
   “Naik bus akan memakan waktu lama, kelihatannya kau sedang buru-buru…ayo aku antar!” kata Xiumin menarik tangan Meihsiu.
-
   Yifan tampak tak konsentrasi, dia masih memikirkan perihal Michelle yang merupakan putri dari paman Lee. Dia masih tidak percaya, yang sering dia dengar dari adiknya. Michelle anak yang manja dan juga gila belanja. Tapi, kenyataan sungguh bertolak belakang, Michelle terlihat mandiri.
   “Direktur Wu…apa yang kau pikirkan?” bisik sekretaris Yang.
   Yifan segera mengakhiri lamunannya itu, “Tidak ada…” jawabnya singkat.
   “Oh..perhatikanlah pembahasannya, karena ini sangat penting…” kata sekretaris Yang menasehati.
    Yifan mengangguk, kemudian kembali focus pada isi pembahasan rencana pembangunan mall dan hotel itu.
-
   “Michelle…makan siang sudah siap…” Luhan masuk ke kamar Michelle sembari membawa nampan berisi makanan.
   Tiba-tiba bel rumah berbunyi…
   “Aish…siapa yang datang bertamu, mengganggu suasana saja..” gerutu Luhan, “Aku akan segera kembali…”kata Luhan lalu pergi menyambangi tamu yang datang.
   Klek…
   “Siapa?” Tanya Luhan. “Xiumin…”
   “Luhan…Meihsiu jadi kau kesini mau bertemu dengan Luhan?” Tanya Xiumin.
   Meihsiu menggelengkan kepalanya, “Tidak…aku kesini mau bertemu dengan Michelle, kau jangan salah paham…”
   “Ada apa ribut-ribut…” sela Michelle
   “Michelle!!!” Xiumin terkejut melihat Michelle ada disana.
   Michelle menarik Meihsiu kedapur, “Meihsiu…kenapa kau membawa Xiumin kesini?” bisik Michelle.
   “Maaf…tadi dia memaksa untuk mengantarku kemari, aku sudah mencegahnya tapi dia tetap kekeuh mengantarku…” kata Meihsiu.
   “Aish…kau ini,”
   “Hei…Ladies apa yang kalian bicarakan disana?” Tanya Luhan.
    Michelle berjalan mendekat kearah Luhan dan Xiumin, lalu duduk disamping Luhan. “Xiumin…aku mohon ya jangan beritahu siapapun kalau aku ada disini, terlebih pada Chen dia pasti akan memberitahukan Tao nanti…”
   “Tenang saja…aku tidak akan mengatakan pada siapapun,” jawab Xiumin kalem.
   “Baiklah kupegang janjimu…” kata Michelle. “Meihsiu, ikutlah kekamar bersamaku…” kata Michelle sembari beranjak dari duduknya, Meihsiu mengangguk.
   “Ada apa dengan mereka…kenapa masuk kedalam kamar, jangan-jangan mereka pasangan lesbi…” kata Luhan asal.
   Xiumin melempar Luhan dengan kacang, “Kau ini! Kau seperti tidak tahu wanita saja…mereka saat ini pasti sedang curhat…”
   “Bagaimana kau bisa tahu? Kalau kau tidak melihatnya secara langsung…” kata Luhan lalu mendekat kearah pintu kamar Michelle, dia menempelkan telinganya dipintu.
   “Dada datarmu itu!!" begitulah kira-kira yang Luhan dengar hingga membuatnya menelan salivanya berat.
-
   “Maaf tuan muda…kami belum bisa menemukan dimana Michelle berada…” kata seorang suruhan Tao.
   Tao membanting vas bunga, “Mencari satu gadis saja kalian tidak mampu!!” bentak Tao.
   Orang suruhan Tao itu tertunduk, “Maaf…tapi Beijing sangat luas tuan,” jawabnya.
   “Seluas apapun, kau harus mencarinya sampai dapat!!! Aku tidak mau tahu! Meski kau harus mengelilingi China atau bahkan dunia ini, cari dia dan bawa kehadapanku!” kata Tao.
   “Baik tuan muda…saya permisi,” orang suruhan Tao keluar dari ruangan Tao.
   Tao menatap jendela, “Sebenarnya kau ada dimana, Michelle…” batinnya.
-
   “Kau sudah pulang…” kata Michelle sembari menuangkan air kedalam gelas.
   Yifan mengangguk, “Dan kau…kau sudah baikan?” Tanya Yifan lalu meletakan tangannya didahi Michelle.
   Michelle menangkis tangan Yifan, “Kau ini, apa-apaan sih aku baik-baik saja…cepatlah makan sebelum makanannya dingin…” kata Michelle lalu beranjak pergi dari dapur.
   “Makanlah bersamaku…” kata Yifan, membuat langkah Michelle terhenti.
   Michelle memutar pandangannya pada Yifan, “Apa aku tidak salah dengar? Coba ulangi…” kata Michelle sembari mendekatkan telinganya pada Yifan.
   “Makanlah bersamaku, pembantuku yang jelek…” kata Yifan lagi.
   Michelle mendengus, “Kau menghina karya Tuhan…kau berdosa…” kata Michelle.
   Yifan menghela nafasnya panjang lalu beranjak dari duduknya dan mendudukkan Michelle dikursi yang bersebrangan dengan kursi Yifan. “Makanlah bersamaku…pembantuku yang cantik jelita…” katanya lalu kembali duduk.
    Yifan meletakan daging diatas mangkuk Michelle, “Makanlah yang banyak dan segera bekerja…” kata Yifan.
   Michelle mengerucutkan bibirnya, “Eumm…Yifan…”
    “Apa?” Tanya Yifan.
   “Kenapa kau tidak tinggal bersama paman Wu, dan malah tinggal disini sendirian?” Tanya Michelle.
   “Aku tidak nyaman dengan ibu tiriku, jadi aku pindah kerumah ini…” kata Yifan datar.
   Michelle mengangguk, “Oh…kenapa kau tidak nyaman dengan ibumu?” Tanya Michelle lagi.
   “Entahlah aku juga tidak tahu…”
   “Aneh masa kau tidak tahu alasannya, eumm jadi Emma itu adik tirimu?” tanya Michelle.
   Yifan menatap Michelle, “Kau ini sudah seperti wartawan saja, cepat makan!” kata Yifan sembari memasukkan daging kedalam mulut Michelle.
   “Dasar…”
-
   “Dimana Tao?” Tanya Chen pada seorang penjaga.
   “Dia masih ada dikamarnya tuan…”
   Chen mengangguk lalu berjalan masuk ke kamar Tao, “Tao…” terlihat dimeja penuh dengan minuman anggur, bau anggur yang khas tercium hingga membuat Chen menutup hidungnya.
   Chen duduk ditepi ranjang Tao, lalu membangunkan Tao dari tidurnya. “Hei…Tao bangun, ini sudah siang…” kata Chen.
   Tao tak bereaksi, “Aish anak ini susah sekali untuk bangun…” gerutu Chen lalu masuk ketoilet dan kembali dengan segelas air ditangannya.
   Byurrr….
   Disiramnya air itu oleh Chen ke muka Tao, Tao tersentak. “Banjiir!!!” teriak Tao.
   Chen tertawa melihat reaksi Tao yang lucu, “Kau, kau ini…!” Tao menunjuk Chen, “Kenapa kau menyiramku?!!!”
   “Maaf...habisnya kau sulit sekali dibangunkan jadi aku ambil saja air dan menyirammu…sudahlah cepat mandi dan hari ini ada pesta penting yang harus kau hadiri…” kata Chen.
   Tao menggelengkan kepalanya, “Tidak mau!!” kata Tao.
   “Kenapa?” Tanya Chen.
   “Kalau aku tidak mau ya tidak!”
-
   Michelle terlihat tengah mengelap kaca jendela rumah Yifan, sedangkan disisi lain Yifan terlihat tengah mengencangkan dasinya lalu bergegas keluar dari kamarnya.
   “Michelle…” panggil Yifan.
   “Apa?” Tanya Michelle.
   “Aku boleh minta tolong sesuatu?” tanya Yifan.
   “Apa?” tanya Michelle lagi.
   Yifan terdiam sejenak, “Jadilah pasanganku…” kata Yifan, sontak membuat Michelle ternganga dan percaya.
   “Kau ingin aku menjadi pasanganmu?”
-
-
-TBC-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar