Sabtu, 10 Oktober 2015

Fanfiction Step Mad 1





Title : Step Mad  - Chapter 1 –
Author : Liany Wu
Rating : PG15
Length : Chaptered
Genre : Romance
Cast :
-          Wu Yifan
-          Michelle Kim
-          Huang Zitao
-          Liu Meihsiu and Others
Disclamer : Cerita ini hasil karangan saya dan milik saya sendiri, sedangkan tokoh milik Tuhan YME dan orang tua masing-masing tokoh.
Warning : Don’t be a plagiators and siders! :3
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------     
   “Apa?” Tanya Michelle datar.
   “Tidak ada apa-apa…apa kau punya waktu?” Tanya Tao.
    Michelle menggelengkan kepalanya, “Tidak…hufht, kenapa kau selalu menggangguku sih? Kau kurang kerjaan apa? Tuan muda Huang!” kata Michelle tegas.
    “Kau ini…memang tidak berubah sejak dulu, selalu seperti ini…”
    “To the point saja…kau datang kesini dan menggangguku mau apa?” Tanya Michelle.
    “Ayo…” kata Tao sembari menarik tangan Michelle, melihat itu Michelle hanya diam dan mengikuti kemana Tao akan membawanya pergi. “Lady first…masuklah, princess…” kata Tao sembari membuka pintu mobil untuk Michelle dan dia masuk kedalamnya.
   Tao melajukan mobil sportnya, “Michelle…aku ingin menunjukkan sebuah tempat disana udaranya sangat bagus dan juga segar…pemandangannya juga sangat indah kau pasti kagum melihatnya…”
   “Bla bla bla…membosankan!” batin Michelle.
   Tao menepikan mobilnya, Michelle segera turun. “Lihat indah bukan?” Tanya Tao, Michelle mengangguk lesu.
   “Kau menyewa tempat ini, kan? Kenapa sepi pengunjung?” Tanya Michelle.
   “Duduklah ada sesuatu yang ingin kutunjukkan…” kata Tao, “ Tutup matamu…” lanjutnya sembari mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. “Kau boleh membuka matamu sekarang…”
   Michelle membuka matanya dan sebuah kotak kecil berisikan cincin bertahtakan berlian tepat didepan matanya. “Apa ini?” Tanya Michelle.
   “Michelle…menikahlah denganku,” kata Tao.
   Michelle menghela nafasnya panjang, “Tao…sudah berulang kali aku katakan aku tidak bisa menikah denganmu, kenapa kau tidak mengerti juga?”
   “Aku akan terus mencobanya hingga kau mau menerimaku..” kata Tao. “Meski sudah berulang kali, kau menolakku tapi aku akan terus mencobanya…”
   “Aku tidak bisa menikah dengan orang yang tidak aku cintai, kenapa kau tidak mengerti juga…sudahlah percuma bicara denganmu!” Michelle beranjak dari duduknya dan melangkah pergi.
   “Michelle…setidaknya kau beri aku alasan kenapa kau tidak bisa mencintaiku?” Tanya Tao, tapi Michelle tak menghiraukannya dan terus melenggang pergi menjauh dari Tao.
-
   “Rencananya disini akan dibangun sebuah mall dan juga hotel…” kata sekretaris Yang.
   “Berapa luas lahan ini?” Tanya pria bertubuh jangkung, Wu Yifan.
   Sekretaris Yang membuka lembar buku ditangannya, “Kira-kira sekitar 10 hektar…” katanya.
   “Baiklah…kapan mulai pembangunannya?” Tanya Yifan.
   “Awal September…itu juga kalau pemilik lahan ini mau menjual lahannya…”
   “Pastikan pemilik lahan ini menjualnya…aku tidak mau tahu apapun alasan dan seberapapun harganya terus desak dia untuk menjual lahan ini, mengerti! Baiklah aku masih ada urusan dengan presdir…aku pergi,” kata Yifan lalu melenggang pergi meninggalkan sekretaris Yang.
   Yifan mengendarai mobil sedan hitam miliknya dan berniat untuk kembali ke perusahaan, dijalan tiba-tiba tanpa sengaja dia hampir saja menabrak seseorang.
   “Maaf…apa anda tidak apa-apa?” Tanya Yifan.
    Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya, dan melintas pergi menjauh dari Yifan. “Gadis aneh…”  
-
   “Michelle menolakmu lagi…hahaha….” Tawa Chen membahana diruang billiyard.
   Tao menegakkan tongkat billiyard miliknya, “Entah harus bagaimana lagi agar dia mau menikah denganku…sudah semua cara aku lakukan…” kata Tao.
   Chen menepuk punggung Tao, “Hey man…jangan putus asa teruslah berjuang untuk cintamu, suatu saat pasti Michelle akan menerimamu…”
   “Aku berharap itu akan terjadi…” kata Tao. “Tapi sepertinya tidak…sudah 7 kali aku melamarnya dan aku hanya mendapat jawaban yang sama…sepertinya aku harus melakukan rencana B,”
   “Rencana B?”
   Tao mengangguk.
-
   “Hei! Kenapa kau melamun?” Tanya Yixing lalu duduk di samping Michelle.
  Michelle menggelengkan kepalanya, “Tidak apa-apa…oh ya aku dengar kau akan dipindahkan ke perusahaan di Jerman, apa itu benar?” Tanya Michelle.
   “Benar…”
    “Aish…sepertinya aku harus menyiapkan diri untuk hidup tanpamu…” kata Michelle.
   Yixing mengacak-acak rambut Michelle, “Kau ini…aku tidak selama disana, enam bulan sekali aku akan melihatmu disini…”
   “Tidak, tidak…lebih baik kau tidak usah kembali kesini, agar aku bisa melupakanmu!” canda Michelle.
   “Kenapa kau harus melupakanku kalau kau bisa menyimpanku dihatimu?”
   “Aku tidak mungkin menyimpan seseorang yang sudah menjadi tunangan orang lain, sudahlah aku pergi dulu…” kata Michelle beranjak dari duduknya.
   “Kemana? Belanja?”
   “Kalau sudah tahu kenapa bertanya…dasar aneh,” kata Michelle, Yixing lalu merangkul Michelle.
   “Aku ikut…”
-
   Tok Tok…
   “Masuk…” kata Tn.Huang yang masih sibuk menandatangani berkas-berkas perusahaan miliknya.
   “Ayah…” panggil Tao.
   Tn.Huang menegakkan kepalanya, “Oh, kau…ada apa?” Tanya Tn.Huang.
   “Bolehkah aku meminta sesuatu padamu? Tapi ini mungkin akan sedikit sulit…”
   “Apa yang kau inginkan? Sesulit apapun, ayah akan berusaha untuk mengabulkannya…”
   Tao terdiam sejenak, “Aku menginginkan Michelle untuk menjadi istriku…”
   “Apa?”
-
    Keluarga Lee tampak tengah berkumpul di ruang tengah rumah, merundingkan sesuatu. Disisi lain Michelle, masuk kedalam rumah itu dengan menenteng banyak belanjaanya. Dia terkejut melihat keluarga berkumpul, tak seperti biasanya.
    “Wah…wah…ada apa ini?” Tanya Michelle.
    “Michelle...ada sesuatu yang harus kita bicarakan padamu,” kata Tn. Lee.
    “Apa?” Tanya Michelle sembari duduk disofa.
    “Kami sudah sepakat untuk menjodohkanmu dengan putra pemilik Huang Grup, Huang Zitao…” kata Ny. Lee sontak membuat Michelle tersedak.
    “Apa!!! Aku tidak mau…kalian mungkin sepakat tapi aku tidak!!!” tolak Michelle. “Aku tidak mau!!!” kata Michelle lalu naik ke kamarnya.
    “Mereka sudah gila…menjodohkanku? Ooh no no no…apa yang harus kuperbuat?” gumam Michelle.
   Tok tok tok…
  ”Michelle…kami tahu kau terkejut, kami akan memberimu waktu untuk memikirkannya lagi…” kata Ny. Lee dibalik pintu kamar Michelle.
   “Aku tidak mau!!! Lebih baik aku pergi saja dari rumah daripada harus dijodohkan!!!” teriak Michelle. “Ahh kabur…iya aku harus kabur,” katanya dalam hati.
   Michelle memasukkan semua bajunya kedalam koper, dia benar-benar akan kabur dari rumah. Lalu keluar dari kamarnya dengan seutas tali dari selimut yang dia ikat menjadi satu. Dengan modal nekad, Michelle kabur lewat jendela, tepat setelah dia mengeluarkan kopernya.
   Dengan sukses, Michelle turun dari kamarnya itu. Tapi bahaya lain datang menderanya, penjaga rumahnya melihat dia.
    Michelle melepas highheelsnya dan berlari, “Aaaa!!!
    “Nona…nona muda kabur ayo kejar dia!!!” kata seorang penjaga bertubuh besar itu sembari mengejar majikannya yang kabur.
    Michelle melihat kebelakang, mereka sudah sangat dekat dengannya. Dia lalu melempar highheelsnya, dan tepat mengenai kepala salah seorang penjaga rumahnya. “Hahaha…masih berani mengejarku!” masih tersisa satu, Michelle melemparnya lagi dan tepat sasaran. Para penjaga rumahnya ambruk dijalan.
    “Aku harus berlari lebih cepat!!!” katanya, tapi dari depan dia dihadang tiga penjaganya. “Sial!” decak Michelle. Dia lalu melemparkan kopernya kearah penjaga itu, dan membuat mereka jatuh. Salah seorang penjaga berhasil menangkapnya, “Lepaskan!!!”
    Michelle lalu menggigit lengan penjaga itu, “Arghh!!!”
    “Kalian punya nyali juga…” Michelle lalu menendang bagian sensitive salah seorang penjaga. “Kau juga mau dapat tendangan itu! Huh!! Minggir!!” Michelle lalu mengambil kopernya dan berlari.
   “Cepat kejar nona sampai dapat!!!” para penjaga masih bersemangat.
   “Brengsek!!” gerutu Michelle.
   Tak lama dia berlari dia melihat sebuah mobil sedan hitam, tanpa basa basi dia langsung masuk kedalam mobil itu. Seorang pria tampan yang duduk dikursi supir terkejut melihat Michelle masuk begitu saja.
   “Ayo jalan cepat!!!” kata Michelle.
   “Siapa kau?” Tanya pria itu.
   Michelle geram, “Aku bilang cepat!!!!” pria itu lalu melajukan mobilnya. Michelle bisa bernafas lega sekarang. “Akhirnya…”
   Ciiiiitttt….
   Pria itu mengerem mendadak mobilnya hingga membuat kepala Michelle terbentur, “Aww!! Kau ini, aish sakit sekali…”
   “Keluar…”
   “Apa?”
   “Keluar dari mobilku sekarang juga!!” bentak pria itu.
   Michelle tersenyum sinis, “Kau kira aku betah di mobil murahan seperti ini!!! Huh!!!” Michelle lalu keluar dari mobil mewah itu.
   “Dasar pelit!!!” celoteh Michelle, lalu dia meningat ada sesuatu yang tertinggal dimobil pria itu, “Tunggu! Koperku! Ahhh dia membawa koperku!!! Ahh bodoh bodoh bodoh!!!” katanya menyalah diri sendiri.
   “Ahh…untung saja masih ada dompet ini…hufht…” Michelle menghela nafas lega, tiba-tiba saja perutnya terasa lapar dan berteriak minta diisi.
-
  @Lapangan Tennis
  “Hahaha…kalau aku jadi Michelle mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama…” tawa Chen mendengar cerita Tao.
  “Kau ini…bukannya menghibur,” gerutu Tao.
   “Ok…Ok maafkan aku…tapi itu memang benar-benar lucu, setelah mendengar akan dijodohkan denganmu Michelle langsung kabur dari rumah…aduh perutku sakit sekali,” Tawa Chen masih membahana.
   “Hahaha…lucu sekali!!!” Tao menyumpal mulut Chen dengan bola tennis. “Teman macam apa yang menertawakan temannya sendiri…”
   “Hei, Tao kau marah padaku?” kata Chen mengejar Tao.
-
   @Market
  “Maaf, kartu ini tidak bisa digunakan…” kata kasir.
   “Mana mungkin, beberapa jam lalu aku baru menggunakannya dan bisa…coba lagi,” kata Michelle.
   “Maaf tapi ini memang tidak bisa, nona…” kata kasir itu lagi.
   Michelle mengeluarkan kartu lainnya, “Gunakan yang ini!” kasir menggelengkan kepalanya. Michelle mengeluarkan kartu lainnya hingga untuk ketiga kalinya dan tidak bisa.
   Seorang pria mendorong Michelle untuk menyingkir, sembari meletakkan belanjaannya. “Kau..” kata Michelle menunjuk pria itu.
  “Bayar juga miliknya…” kata pria itu pada kasir.
   “Kau tidak perlu melakukan itu!” kata Michelle.
   Pria itu lalu melintas pergi, “Tidak punya uang masih belagu!” gumam pria itu lalu masuk kedalam mobilnya.
   “Hei!! Kau kira aku yang memintamu!!! Dasar gila!!!” teriak Michelle pada pria itu. “Dasar gilaa!!!!” Michelle lalu menghela nafasnya panjang. “Koperku!!! Hei!!! Koperku!!! Ahh sial!!!” decak Michelle sembari menendang tiang. “Aww!!!”
   “Ahh….sial sekali hidupku, ayah…pasti ayah yang memblokir semua kartu milikku…sekarang aku harus pergi kemana?”
-
   Meihsiu melihat dari atas lalu kebawah berulang kali, melihat Michelle dengan rambut acak-acakan tanpa menggunakan sepatu. “Kau benar kabur dari rumah?”
   “Menurutmu?” Tanya balik Michelle.
   Meihsiu mengangguk, “Lihatlah, rambutmu dan kau bahkan tidak mengenakan sepatu…ck ck ck…menyedihkan sekali.”
   Michelle memegang tangan Meihsiu, “Meihsiu, tolong aku…aku butuh tempat tinggal dan juga uang…”
   “Kalau itu sepertinya aku tidak bisa…” kata Meihsiu, Michelle tertunduk.
  Meihsiu berpikir dan mengingat sesuatu. “Tapi kalau ini bisa…” kata Meihsiu membuat kepala Michelle kembali tegak.
   “Apa?”
   “Kalau kau mau menjadi pembantu…” kata Meihsiu.
   “Apa!!! Pembantu!!!!!”
-
-
-TBC-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar