Title : Step Mad -
Chapter 1 –
Author : Liany Wu
Rating : PG15
Length : Chaptered
Genre : Romance
Cast :
-
Wu Yifan
-
Michelle Kim
-
Huang Zitao
-
Liu Meihsiu and Others
Disclamer : Cerita ini hasil karangan saya dan milik saya
sendiri, sedangkan tokoh milik Tuhan YME dan orang tua masing-masing tokoh.
Warning : Don’t be a plagiators and siders! :3
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Apa?” Tanya
Michelle datar.
“Tidak ada
apa-apa…apa kau punya waktu?” Tanya Tao.
Michelle
menggelengkan kepalanya, “Tidak…hufht, kenapa kau selalu menggangguku sih? Kau
kurang kerjaan apa? Tuan muda Huang!” kata Michelle tegas.
“Kau ini…memang
tidak berubah sejak dulu, selalu seperti ini…”
“To the point
saja…kau datang kesini dan menggangguku mau apa?” Tanya Michelle.
“Ayo…” kata Tao
sembari menarik tangan Michelle, melihat itu Michelle hanya diam dan mengikuti
kemana Tao akan membawanya pergi. “Lady first…masuklah, princess…” kata Tao
sembari membuka pintu mobil untuk Michelle dan dia masuk kedalamnya.
Tao melajukan
mobil sportnya, “Michelle…aku ingin menunjukkan sebuah tempat disana udaranya
sangat bagus dan juga segar…pemandangannya juga sangat indah kau pasti kagum
melihatnya…”
“Bla bla bla…membosankan!”
batin Michelle.
Tao menepikan
mobilnya, Michelle segera turun. “Lihat indah bukan?” Tanya Tao, Michelle
mengangguk lesu.
“Kau menyewa tempat
ini, kan? Kenapa sepi pengunjung?” Tanya Michelle.
“Duduklah ada
sesuatu yang ingin kutunjukkan…” kata Tao, “ Tutup matamu…” lanjutnya sembari
mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. “Kau boleh membuka matamu sekarang…”
Michelle membuka
matanya dan sebuah kotak kecil berisikan cincin bertahtakan berlian tepat
didepan matanya. “Apa ini?” Tanya Michelle.
“Michelle…menikahlah denganku,” kata Tao.
Michelle menghela
nafasnya panjang, “Tao…sudah berulang kali aku katakan aku tidak bisa menikah
denganmu, kenapa kau tidak mengerti juga?”
“Aku akan terus
mencobanya hingga kau mau menerimaku..” kata Tao. “Meski sudah berulang kali,
kau menolakku tapi aku akan terus mencobanya…”
“Aku tidak bisa
menikah dengan orang yang tidak aku cintai, kenapa kau tidak mengerti
juga…sudahlah percuma bicara denganmu!” Michelle beranjak dari duduknya dan
melangkah pergi.
“Michelle…setidaknya kau beri aku alasan kenapa kau tidak bisa
mencintaiku?” Tanya Tao, tapi Michelle tak menghiraukannya dan terus melenggang
pergi menjauh dari Tao.
-
“Rencananya disini
akan dibangun sebuah mall dan juga hotel…” kata sekretaris Yang.
“Berapa luas lahan
ini?” Tanya pria bertubuh jangkung, Wu Yifan.
Sekretaris Yang
membuka lembar buku ditangannya, “Kira-kira sekitar 10 hektar…” katanya.
“Baiklah…kapan
mulai pembangunannya?” Tanya Yifan.
“Awal
September…itu juga kalau pemilik lahan ini mau menjual lahannya…”
“Pastikan pemilik
lahan ini menjualnya…aku tidak mau tahu apapun alasan dan seberapapun harganya
terus desak dia untuk menjual lahan ini, mengerti! Baiklah aku masih ada urusan
dengan presdir…aku pergi,” kata Yifan lalu melenggang pergi meninggalkan
sekretaris Yang.
Yifan mengendarai
mobil sedan hitam miliknya dan berniat untuk kembali ke perusahaan, dijalan
tiba-tiba tanpa sengaja dia hampir saja menabrak seseorang.
“Maaf…apa anda
tidak apa-apa?” Tanya Yifan.
Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya, dan
melintas pergi menjauh dari Yifan. “Gadis aneh…”
-
“Michelle
menolakmu lagi…hahaha….” Tawa Chen membahana diruang billiyard.
Tao menegakkan
tongkat billiyard miliknya, “Entah harus bagaimana lagi agar dia mau menikah
denganku…sudah semua cara aku lakukan…” kata Tao.
Chen menepuk
punggung Tao, “Hey man…jangan putus asa teruslah berjuang untuk cintamu, suatu
saat pasti Michelle akan menerimamu…”
“Aku berharap itu
akan terjadi…” kata Tao. “Tapi sepertinya tidak…sudah 7 kali aku melamarnya dan
aku hanya mendapat jawaban yang sama…sepertinya aku harus melakukan rencana B,”
“Rencana B?”
Tao mengangguk.
-
“Hei! Kenapa kau
melamun?” Tanya Yixing lalu duduk di samping Michelle.
Michelle menggelengkan
kepalanya, “Tidak apa-apa…oh ya aku dengar kau akan dipindahkan ke perusahaan
di Jerman, apa itu benar?” Tanya Michelle.
“Benar…”
“Aish…sepertinya
aku harus menyiapkan diri untuk hidup tanpamu…” kata Michelle.
Yixing
mengacak-acak rambut Michelle, “Kau ini…aku tidak selama disana, enam bulan
sekali aku akan melihatmu disini…”
“Tidak,
tidak…lebih baik kau tidak usah kembali kesini, agar aku bisa melupakanmu!”
canda Michelle.
“Kenapa kau harus
melupakanku kalau kau bisa menyimpanku dihatimu?”
“Aku tidak mungkin
menyimpan seseorang yang sudah menjadi tunangan orang lain, sudahlah aku pergi
dulu…” kata Michelle beranjak dari duduknya.
“Kemana? Belanja?”
“Kalau sudah tahu
kenapa bertanya…dasar aneh,” kata Michelle, Yixing lalu merangkul Michelle.
“Aku ikut…”
-
Tok Tok…
“Masuk…” kata
Tn.Huang yang masih sibuk menandatangani berkas-berkas perusahaan miliknya.
“Ayah…” panggil
Tao.
Tn.Huang
menegakkan kepalanya, “Oh, kau…ada apa?” Tanya Tn.Huang.
“Bolehkah aku
meminta sesuatu padamu? Tapi ini mungkin akan sedikit sulit…”
“Apa yang kau
inginkan? Sesulit apapun, ayah akan berusaha untuk mengabulkannya…”
Tao terdiam
sejenak, “Aku menginginkan Michelle untuk menjadi istriku…”
“Apa?”
-
Keluarga
Lee tampak tengah berkumpul di ruang tengah rumah, merundingkan sesuatu. Disisi
lain Michelle, masuk kedalam rumah itu dengan menenteng banyak belanjaanya. Dia
terkejut melihat keluarga berkumpul, tak seperti biasanya.
“Wah…wah…ada apa
ini?” Tanya Michelle.
“Michelle...ada
sesuatu yang harus kita bicarakan padamu,” kata Tn. Lee.
“Apa?” Tanya
Michelle sembari duduk disofa.
“Kami sudah
sepakat untuk menjodohkanmu dengan putra pemilik Huang Grup, Huang Zitao…” kata
Ny. Lee sontak membuat Michelle tersedak.
“Apa!!! Aku tidak
mau…kalian mungkin sepakat tapi aku tidak!!!” tolak Michelle. “Aku tidak
mau!!!” kata Michelle lalu naik ke kamarnya.
“Mereka sudah
gila…menjodohkanku? Ooh no no no…apa yang harus kuperbuat?” gumam Michelle.
Tok tok tok…
”Michelle…kami tahu
kau terkejut, kami akan memberimu waktu untuk memikirkannya lagi…” kata Ny. Lee
dibalik pintu kamar Michelle.
“Aku tidak mau!!!
Lebih baik aku pergi saja dari rumah daripada harus dijodohkan!!!” teriak
Michelle. “Ahh kabur…iya aku harus kabur,” katanya dalam hati.
Michelle
memasukkan semua bajunya kedalam koper, dia benar-benar akan kabur dari rumah.
Lalu keluar dari kamarnya dengan seutas tali dari selimut yang dia ikat menjadi
satu. Dengan modal nekad, Michelle kabur lewat jendela, tepat setelah dia
mengeluarkan kopernya.
Dengan sukses,
Michelle turun dari kamarnya itu. Tapi bahaya lain datang menderanya, penjaga
rumahnya melihat dia.
Michelle melepas
highheelsnya dan berlari, “Aaaa!!!
“Nona…nona muda
kabur ayo kejar dia!!!” kata seorang penjaga bertubuh besar itu sembari
mengejar majikannya yang kabur.
Michelle melihat
kebelakang, mereka sudah sangat dekat dengannya. Dia lalu melempar
highheelsnya, dan tepat mengenai kepala salah seorang penjaga rumahnya.
“Hahaha…masih berani mengejarku!” masih tersisa satu, Michelle melemparnya lagi
dan tepat sasaran. Para penjaga rumahnya ambruk dijalan.
“Aku harus
berlari lebih cepat!!!” katanya, tapi dari depan dia dihadang tiga penjaganya.
“Sial!” decak Michelle. Dia lalu melemparkan kopernya kearah penjaga itu, dan
membuat mereka jatuh. Salah seorang penjaga berhasil menangkapnya,
“Lepaskan!!!”
Michelle lalu
menggigit lengan penjaga itu, “Arghh!!!”
“Kalian punya
nyali juga…” Michelle lalu menendang bagian sensitive salah seorang penjaga.
“Kau juga mau dapat tendangan itu! Huh!! Minggir!!” Michelle lalu mengambil
kopernya dan berlari.
“Cepat kejar nona
sampai dapat!!!” para penjaga masih bersemangat.
“Brengsek!!”
gerutu Michelle.
Tak lama dia
berlari dia melihat sebuah mobil sedan hitam, tanpa basa basi dia langsung
masuk kedalam mobil itu. Seorang pria tampan yang duduk dikursi supir terkejut
melihat Michelle masuk begitu saja.
“Ayo jalan
cepat!!!” kata Michelle.
“Siapa kau?” Tanya
pria itu.
Michelle geram,
“Aku bilang cepat!!!!” pria itu lalu melajukan mobilnya. Michelle bisa bernafas
lega sekarang. “Akhirnya…”
Ciiiiitttt….
Pria itu mengerem
mendadak mobilnya hingga membuat kepala Michelle terbentur, “Aww!! Kau ini,
aish sakit sekali…”
“Keluar…”
“Apa?”
“Keluar dari
mobilku sekarang juga!!” bentak pria itu.
Michelle tersenyum
sinis, “Kau kira aku betah di mobil murahan seperti ini!!! Huh!!!” Michelle
lalu keluar dari mobil mewah itu.
“Dasar pelit!!!”
celoteh Michelle, lalu dia meningat ada sesuatu yang tertinggal dimobil pria
itu, “Tunggu! Koperku! Ahhh dia membawa koperku!!! Ahh bodoh bodoh bodoh!!!”
katanya menyalah diri sendiri.
“Ahh…untung saja
masih ada dompet ini…hufht…” Michelle menghela nafas lega, tiba-tiba saja
perutnya terasa lapar dan berteriak minta diisi.
-
@Lapangan Tennis
“Hahaha…kalau aku
jadi Michelle mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama…” tawa Chen
mendengar cerita Tao.
“Kau ini…bukannya
menghibur,” gerutu Tao.
“Ok…Ok maafkan
aku…tapi itu memang benar-benar lucu, setelah mendengar akan dijodohkan
denganmu Michelle langsung kabur dari rumah…aduh perutku sakit sekali,” Tawa
Chen masih membahana.
“Hahaha…lucu
sekali!!!” Tao menyumpal mulut Chen dengan bola tennis. “Teman macam apa yang
menertawakan temannya sendiri…”
“Hei, Tao kau
marah padaku?” kata Chen mengejar Tao.
-
@Market
“Maaf, kartu ini
tidak bisa digunakan…” kata kasir.
“Mana mungkin,
beberapa jam lalu aku baru menggunakannya dan bisa…coba lagi,” kata Michelle.
“Maaf tapi ini
memang tidak bisa, nona…” kata kasir itu lagi.
Michelle
mengeluarkan kartu lainnya, “Gunakan yang ini!” kasir menggelengkan kepalanya.
Michelle mengeluarkan kartu lainnya hingga untuk ketiga kalinya dan tidak bisa.
Seorang pria
mendorong Michelle untuk menyingkir, sembari meletakkan belanjaannya. “Kau..”
kata Michelle menunjuk pria itu.
“Bayar juga
miliknya…” kata pria itu pada kasir.
“Kau tidak perlu
melakukan itu!” kata Michelle.
Pria itu lalu
melintas pergi, “Tidak punya uang masih belagu!” gumam pria itu lalu masuk
kedalam mobilnya.
“Hei!! Kau kira aku yang memintamu!!! Dasar
gila!!!” teriak Michelle pada pria itu. “Dasar gilaa!!!!” Michelle lalu
menghela nafasnya panjang. “Koperku!!! Hei!!! Koperku!!! Ahh sial!!!” decak
Michelle sembari menendang tiang. “Aww!!!”
“Ahh….sial sekali
hidupku, ayah…pasti ayah yang memblokir semua kartu milikku…sekarang aku harus
pergi kemana?”
-
Meihsiu melihat
dari atas lalu kebawah berulang kali, melihat Michelle dengan rambut
acak-acakan tanpa menggunakan sepatu. “Kau benar kabur dari rumah?”
“Menurutmu?” Tanya balik Michelle.
Meihsiu
mengangguk, “Lihatlah, rambutmu dan kau bahkan tidak mengenakan sepatu…ck ck
ck…menyedihkan sekali.”
Michelle memegang
tangan Meihsiu, “Meihsiu, tolong aku…aku butuh tempat tinggal dan juga uang…”
“Kalau itu
sepertinya aku tidak bisa…” kata Meihsiu, Michelle tertunduk.
Meihsiu berpikir
dan mengingat sesuatu. “Tapi kalau ini bisa…” kata Meihsiu membuat kepala
Michelle kembali tegak.
“Apa?”
“Kalau kau mau
menjadi pembantu…” kata Meihsiu.
“Apa!!!
Pembantu!!!!!”
-
-
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar