Title : Step Mad -
Chapter 4 –
Author : Liany Wu
Rating : PG15
Length : Chaptered
Genre : Romance
Cast :
-
Wu Yifan
-
Michelle Kim
-
Huang Zitao
-
Liu Meihsiu and Others
Disclamer : Cerita ini hasil karangan saya dan milik saya
sendiri, sedangkan tokoh milik Tuhan YME dan orang tua masing-masing tokoh.
Warning : Don’t be a plagiators and siders! ;)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Jangan salah paham
dulu…aku hanya memintamu untuk menjadi pasangan dansaku tidak lebih…” kata
Yifan.
“Ohh…” Michelle
mengerti, “Kau gila!!!” teriak Michelle membuat Yifan tersedak, “Kalau aku
datang kepesta bersamamu…pasti semua orang akan tahu, dan suruhan ayah pasti
akan menangkapku nanti…” kata Michelle khawatir.
Yifan menelan
salivanya, “Kau ini…pesta itu pesta bertopeng, mana mungkin ada orang yang
mengenalimu…” kata Yifan kalem.
“Kalau begitu, aku
mau…tapi aku kepesta itu mengenakan apa? Dikoperku tidak ada gaun…” kata
Michelle.
Yifan meletakkan
sumpitnya, “Kau seperti orang susah saja…ayo pergi!” kata Yifan menarik tangan
Michelle.
Michelle menahan
tangan Yifan, “Tunggu…kita mau pergi kemana?” tanya Michelle.
“Membeli gaun
untukmu…”
-
“Hey man…siapa
pasanganmu dipesta topeng nanti malam?” tanya Luhan sembari menepuk bahu
Xiumin.
Xiumin menatap
Luhan sekilas lalu kembali pada buku yang tengah dibacanya, “Bersama Meihsiu…”
singkatnya.
“Meihsiu? Lumayan
juga, dia juga cantik…tapi kira-kira Yifan pergi ke pesta itu dengan siapa ya?”
tanya Luhan.
“Mana
kutahu…kenapa tidak kau tanyakan saja pada orangnya langsung…” kata Xiumin
mulai terganggu.
“Ah…kau benar
sekali, tapi tunggu...apa Yifan mau memberitahuku siapa pasangannya?” tanya
Luhan lagi.
Xiumin menatap
Luhan tajam, “Mana kutahu, kalau kau belum menanyakannya…sudahlah kau mengganggu
konsentrasiku saja…” kata Xiumin lalu pergi meninggalkan Luhan sendirian.
“Dasar kutu buku!”
-
“Kau benar-benar
tidak akan menghadiri pesta itu?” tanya Chen.
Tao meminum
softdrink ditangannya, “Tidak…aku tidak tertarik, lagipula harus ada pasangan…aku
tidak punya pasangan untuk pergi kesana…”
“Hey…man, kenapa
kau ambil pusing hal sekecil itu...pergilah bersama salah satu teman wanitaku,
atau perlu aku pinjamkan teman wanita Luhan pasti lebih cantik dari teman
wanitaku…” kata Chen.
“Aku tidak
tertarik…” kata Tao.
Chen mendengus,
“Lalu apa yang harus kuperbuat agar kau tertarik untuk datang kepesta itu?”
tanya Chen mulai putus asa.
Tao terdiam
sejenak, “Bawakan Michelle padaku…baru aku akan tertarik menghadiri pesta itu…”
kata Tao.
“Aish kau ini…aku saja tidak tahu Michelle
ada dimana, andai aku tahupun belum tentu juga Michelle mau menjadi
pasanganmu…” kata Chen.
Tao hanya terdiam.
-
Yifan tampak
tengah duduk diruang vvip disebuah butik yang sangat terkenal di China, dia melirik
kesatu gaun dan gaun lainnya.
“Sudah siap tuan…”
kata seorang pelayan lalu membuka tirai.
Terlihat Michelle
sangat cantik terbalut gaun berwarna putih, Yifan terpana melihat Michelle
dengan gaun itu. “Yifan…bagaimana apa cocok denganku?” tanya Michelle sembari
berpose seperti model.
Yifan tak menjawab
pertanyaan Michelle, dia terpaku dengan kecantikan yang tengah tersuguh didepan
matanya.
Michelle
menggerakkan tangannya didepan wajah Yifan, “Bagaimana? Cocok atau tidak?”
tanya Michelle lagi.
Yifan mengangguk,
“Iya cocok…kita ambil yang ini saja…” kata Yifan.
“Baik tuan…” kata
pelayan.
Yifan dan
Michelle berjalan keluar dari butik, “Tadi kenapa kau diam saja saat kutanya?
Kau pasti terpesona padaku ya…” kata Michelle menyenggol tubuh Yifan.
Yifan menelan
salivanya berat, “Ma…mana mungkin aku terpesona pada gadis gila sepertimu…”elak
Yifan.
“Benarkah? Tapi
naluriku berkata kau berbohong…bilang saja kau terpesona, iya kan? Kau
terpesona padaku?” Michelle menyenggol tubuh Yifan lagi.
“Tidak!” elak
Yifan.
“Jujur saja…kau
pasti terpesona kan? Iya kan?” goda Michelle.
“Sudahlah pakai
topi dan maskermu!” kata Yifan sembari memakaikan topi pada Michelle.
“Kau terpesona
kan?”
-
@Di pesta
Berkali-kali lampu
blitz kamera para wartawan berkedip memotret wajah-wajah para pengusaha dan
aktris yang datang ke pesta topeng.
Yifan terlihat tampan
dengan setelan jas dan topeng berwarna hitam sembari menggandeng Michelle yang
anggun dengan topeng berwarna putih yang terlihat sangat mewah. “Yifan…kau
yakin tidak ada yang akan mengenali aku?” bisik Michelle khawatir.
“Aku yakin…karena
itu jangan sesekali melepas pegangan tanganmu dariku, mengerti?” kata Yifan,
Michelle hanya mengangguk.
Memasuki ruangan
pesta, terlihat Luhan tak mengenakan topeng menghampiri Yifan dan Michelle.
“Hey man…oh siapa pasanganmu ini? Cantik sekali…” kata Luhan.
“Kenapa kau tidak
memakai topengmu?” tanya Yifan.
“Mana mungkin aku
mengenakan topeng…aku tidak mungkin menutupi wajah tampanku dengan topeng itu…”
kata Luhan.
“Kau ini percaya
diri sekali…” kata Yifan.
“Yifan bolehkan
aku berdansa dengan pasanganmu?” tanya Luhan tapi sebelum Yifan menjawabnya,
Luhan sudah terlebih dahulu menarik tangan Michelle dan mengajaknya berdansa.
“Yifan…” panggil
Michelle.
“Benar-benar
Luhan…” decak Yifan.
“Hai…mau berdansa
denganku?” tanya seorang gadis pada Yifan, tapi Yifan menolaknya. “Tapi aku
memaksa…” kata gadis itu lalu berdansa dengan Yifan.
“Emma…” kata
Yifan.
“Kau mengenaliku…”
kata Emma Wu adik tiri Yifan.
Beberapa kali
Yifan berganti pasangan dansa, karena memang seperti itu aturannya. Hingga
pergantian pasangan yang terakhir. Tak ada pasangan yang menyambangi Yifan, dia
memperhatikan sekeliling dan terlihat seorang gadis bergaun putih tak memiliki
pasangan. Senyumannya mengembang.
“Maukah kau
berdansa denganku?” tanya Yifan pada gadis itu.
“Yifan…” kata
gadis itu yang tak lain adalah Michelle. Michelle segera menerima uluran tangan
Yifan, “Dengan senang hati…”
-
“Tao…kau rugi
tidak menghadiri pesta semalam…” kata Luhan.
“Memang kenapa?” tanya Tao.
“Kau ini…disana
banyak sekali gadis-gadis cantik, ah iya pasangan dansa Yifan bagiku yang
tercantik…aku ingin terus berdansa dengannya tapi aturan dansa tak
mengizinkanku…” kata Luhan.
“Tapi semalam…aku
merasa kalau aku melihat Michelle ada disana,” kata Chen.
Luhan menelan
salivanya berat, “Bagaimana kalau dia tahu Michelle bersama Yifan, sudah pasti
hancur perusahaannya…” batin Luhan, “Benarkah? Tapi aku tidak melihatnya,
mungkin itu hanya perasaanmu…kau pasti merindukan Michelle kan?” kata Luhan.
“Tidak…aku merasa
memang Michelle ada didekatku semalam, bahkan dia juga berdansa denganku…” kata
Chen mengelak.
“Ahh semua gadis
disana kan memakai topeng, pasti itu hanya mirip saja dengan Michelle…” kata
Luhan.
“Mungkin Luhan benar…” kata Tao.
-
“Yifan…” panggil
Michelle.
“Apa?” Tanya Yifan
yang tengah focus pada pekerjaannya.
“Aku akan pergi
berbelanja kebutuhan bulanan…” kata Michelle.
Yifan menatap
Michelle, “Biar aku saja yang membeli kebutuhan bulanannya…kau tinggallah
dirumah dan bersihkan rumah, ini sudah berdebu…” kata Yifan.
“Aku tidak yakin
kau bisa melakukan ini…” kata Michelle meragukan Yifan.
“Hei jangan
salah…semua kebutuhan bulanan dirumah ini selalu aku yang membelinya, berikan
daftar belanjanya…” kata Yifan menadahkan tangannya.
Michelle memberi
daftar belanjanya pada Yifan, Yifan lalu melihat ke daftar tersebut. “Apa ini?
Pembalut? Aku tidak mau!” kata Yifan memberikan daftar belanja itu pada Yifan.
“Sudah kuduga kau
tidak akan bisa melakukan ini…” kata Michelle.
“Hei! Mana mungkin
seorang pria membeli pembalut, mau ditaruh dimana mukaku ini…bibi Xiao Peng
saja tidak pernah memintaku untuk membeli pembalut…” kata Yifan.
“Hei…Bibi Xiao
Peng sudah tua, mungkin dia juga sudah tidak menstruasi lagi jadi tidak pernah
memintamu untuk membeli itu…sudahlah cepat pergi belanja…” kata Michelle.
“Tidak mau!!” kata
Yifan.
“Baiklah…kalau kau
tidak mau, kau dirumah menyapu, mengepel, mengelap kaca, mencuci baju dan…”
“Iya baiklah biar
aku yang pergi belanja dan kau yang mengerjakan tugas rumah, kau puas!” sela
Yifan.
Michelle
terkekeh, “Belikan aku yang banyak ya…” kata Michelle.
-
@Restaurant Ny.Xiu
“Benarkah kau
menyuruh Yifan untuk membeli pembalut? Hahaha…kau ini benar-benar ya…ya sudah
ya aku harus membersihkan meja, banyak sekali yang kotor…baiklah, semangat!”
kata Meihsiu dalam telepon lalu memasukkannya kedalam kantong celananya.
Meihsiu membersihkan
meja-meja yang kotor, tiba-tiba saat dia tengah membersihkannya tangan
seseorang memegang tangannya. Dia segera memutar pandangannya pada pemilik
tangan itu, “Xiumin…”
“Bolehkan aku
membantumu…” kata Xiumin.
“Tapi…”
Xiumin
mengerucutkan bibirnya, “Ssst…aku yang memaksa ingin membantumu, jadi diam dan
terimalah bantuanku…” kata Xiumin.
“Hmm…baiklah,”
-
@Market
Kasir yang
melayani Yifan tertawa kecil saat melihat belanjaan Yifan, “Pasti sangat sulit
untuk membelinya demi pacarmu…aku tahu rasa malu yang kau rasakan,” kata kasir
itu.
Yifan menghela
nafasnya panjang, disekeliling Yifan tampak juga beberapa wanita tua maupun
gadis muda yang memperhatikan belanjaan Yifan.
“Tolong dipercepat
lagi…” kata Yifan pada kasir.
“Baiklah…” kata
kasir itu.
Yifan segera
memasukkan belanjaannya itu kedalam mobil dan segera pulang, dia benar-benar
merasa sangat dipermalukan oleh Michelle yang memintanya membeli keperluan
pribadi seorang wanita.
“Kalau tahu
begini…lebih baik tadi aku membersihkan rumah,” gerutu Yifan.
-
“Hah…aku ingin
sekali melihat wajahnya yang memerah itu, pasti sangat lucu, hahaha…” tawa
Luhan sembari memegangi perutnya yang geli.
“Hahaha…lucu
sekali bukan?” kata Michelle datar lalu melempar lap pada Luhan.
“Apa ini?” tanya Luhan heran.
“Lap kacanya…”
kata Michelle dingin.
“Apa?”
Michelle mendekat
dan berbicara keras ditelinga Luhan, “Aku bilang lap kacanya!” katanya membuat
Luhan terus memegangi telinganya yang penging karena lengkingan suara Michelle.
“Dia yang bekerja
kenapa aku yang mengerjakannya…” gerutu Luhan sembari melap kaca jendela.
Klek…
Pintu rumah Yifan
terbuka, “Siapapun tolong aku…” kata Yifan kesulitan membawa banyak belanjaan
ditangannya.
Luhan dan Michelle
segera membantu Yifan, “Kau membelinya…kukira kau tidak akan membelinya
untukku…” kata Michelle melihat Yifan membelikannya pembalut yang sangat
banyak.
“Itu untuk lima
bulan, tidak akan habis kan? Sekarang kau puas?” kata Yifan sedikit cemberut.
Michelle mengangguk,
“Bukan puas yang ingin aku katakan…” kata Michelle.
“Lalu apa?” tanya
Yifan, “Menertawakanku?”
Michelle
menggelengkan kepalanya, “Tapi ini…chu,” sebuah ciuman mendarat dipipi kiri
Yifan, “Terima kasih…” kata Michelle.
“Apa…hanya
membelikan pembalut saja, Michelle menciummu pipimu…wah…” kata Luhan terkejut.
Sedangkan Yifan
hanya berdiri mematung sembari memegangi pipinya, tak percaya. “Ada apa dengan
hatiku…” batinnya.
-
“Hah…aku sangat
merindukan Michelle…” kata Emma lalu duduk disofa.
Chen memasukkan
cemilan kemulutnya, “Maksudmu…rindu bertengkar dengannya? Rindu berebut tas
branded dan lainnya? Begitu?”
“Kurang lebih
mungkin seperti itu…” kata Emma lalu meneguk wine dimeja.
“Apa Yifan masih
tidak mau tinggal seatap dengan keluargamu?” tanya Chen.
Emma menghela
nafasnya, “Ya…dia memang seperti itu, kemarin saat pesta topeng aku berdansa
dengannya…dia tambah tampan saja, andai dia bukan kakakku pasti aku akan
merengek pada ayah agar Yifan menjadi suamiku persis seperti yang dilakukan
Tao…” kata Emma.
“Kenapa kau tidak
merengek pada ayahmu agar Tao menikah denganmu? Bukankah kau menyukai Tao?
Sejak smp kau selalu menggangu Michelle, bukankah karena kau tidak suka Tao
dekat-dekat dengan Michelle?” kata Chen.
“Memang…tapi
sekeras apapun aku berusaha, itu percuma…Tao bahkan tak pernah melirik kearahku
sedikitpun, daripada aku menyiksa diriku sendiri karena cinta lebih baik aku
lupakan saja…aku tidak mau memaksa kehendaknya untuk mencintaiku karena itu
bukan hakku…” kata Emma.
Chen bertepuk
tangan, “Wah…sepertinya kau sudah dewasa,” kata Chen.
Tanpa mereka
berdua sadari, sepasang mata dan telinga tengah memperhatikan mereka tak jauh
darisana. “Bukan Chen ataupun Emma, mereka tidak tahu dimana Michelle…”
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar