Kamis, 15 Oktober 2015

Fanfiction Step Mad 4










Title : Step Mad  - Chapter 4 –
Author : Liany Wu
Rating : PG15
Length : Chaptered
Genre : Romance
Cast :
-          Wu Yifan
-          Michelle Kim
-          Huang Zitao
-          Liu Meihsiu and Others
Disclamer : Cerita ini hasil karangan saya dan milik saya sendiri, sedangkan tokoh milik Tuhan YME dan orang tua masing-masing tokoh.
Warning : Don’t be a plagiators and siders! ;)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------  
  “Jangan salah paham dulu…aku hanya memintamu untuk menjadi pasangan dansaku tidak lebih…” kata Yifan.
   “Ohh…” Michelle mengerti, “Kau gila!!!” teriak Michelle membuat Yifan tersedak, “Kalau aku datang kepesta bersamamu…pasti semua orang akan tahu, dan suruhan ayah pasti akan menangkapku nanti…” kata Michelle khawatir.
   Yifan menelan salivanya, “Kau ini…pesta itu pesta bertopeng, mana mungkin ada orang yang mengenalimu…” kata Yifan kalem.
   “Kalau begitu, aku mau…tapi aku kepesta itu mengenakan apa? Dikoperku tidak ada gaun…” kata Michelle.
   Yifan meletakkan sumpitnya, “Kau seperti orang susah saja…ayo pergi!” kata Yifan menarik tangan Michelle.
   Michelle menahan tangan Yifan, “Tunggu…kita mau pergi kemana?” tanya Michelle.
   “Membeli gaun untukmu…”
-
   “Hey man…siapa pasanganmu dipesta topeng nanti malam?” tanya Luhan sembari menepuk bahu Xiumin.
   Xiumin menatap Luhan sekilas lalu kembali pada buku yang tengah dibacanya, “Bersama Meihsiu…” singkatnya.
   “Meihsiu? Lumayan juga, dia juga cantik…tapi kira-kira Yifan pergi ke pesta itu dengan siapa ya?” tanya Luhan.
   “Mana kutahu…kenapa tidak kau tanyakan saja pada orangnya langsung…” kata Xiumin mulai terganggu.
   “Ah…kau benar sekali, tapi tunggu...apa Yifan mau memberitahuku siapa pasangannya?” tanya Luhan lagi.
   Xiumin menatap Luhan tajam, “Mana kutahu, kalau kau belum menanyakannya…sudahlah kau mengganggu konsentrasiku saja…” kata Xiumin lalu pergi meninggalkan Luhan sendirian.
   “Dasar kutu buku!”
-
   “Kau benar-benar tidak akan menghadiri pesta itu?” tanya Chen.
   Tao meminum softdrink ditangannya, “Tidak…aku tidak tertarik, lagipula harus ada pasangan…aku tidak punya pasangan untuk pergi kesana…”
   “Hey…man, kenapa kau ambil pusing hal sekecil itu...pergilah bersama salah satu teman wanitaku, atau perlu aku pinjamkan teman wanita Luhan pasti lebih cantik dari teman wanitaku…” kata Chen.
   “Aku tidak tertarik…” kata Tao.
   Chen mendengus, “Lalu apa yang harus kuperbuat agar kau tertarik untuk datang kepesta itu?” tanya Chen mulai putus asa.
  Tao terdiam sejenak, “Bawakan Michelle padaku…baru aku akan tertarik menghadiri pesta itu…” kata Tao.
   “Aish kau ini…aku saja tidak tahu Michelle ada dimana, andai aku tahupun belum tentu juga Michelle mau menjadi pasanganmu…” kata Chen.
   Tao hanya terdiam.
-
   Yifan tampak tengah duduk diruang vvip disebuah butik yang sangat terkenal di China, dia melirik kesatu gaun dan gaun lainnya.
   “Sudah siap tuan…” kata seorang pelayan lalu membuka tirai.
   Terlihat Michelle sangat cantik terbalut gaun berwarna putih, Yifan terpana melihat Michelle dengan gaun itu. “Yifan…bagaimana apa cocok denganku?” tanya Michelle sembari berpose seperti model.
   Yifan tak menjawab pertanyaan Michelle, dia terpaku dengan kecantikan yang tengah tersuguh didepan matanya.
   Michelle menggerakkan tangannya didepan wajah Yifan, “Bagaimana? Cocok atau tidak?” tanya Michelle lagi.
   Yifan mengangguk, “Iya cocok…kita ambil yang ini saja…” kata Yifan.
   “Baik tuan…” kata pelayan.
    Yifan dan Michelle berjalan keluar dari butik, “Tadi kenapa kau diam saja saat kutanya? Kau pasti terpesona padaku ya…” kata Michelle menyenggol tubuh Yifan.
   Yifan menelan salivanya berat, “Ma…mana mungkin aku terpesona pada gadis gila sepertimu…”elak Yifan.
   “Benarkah? Tapi naluriku berkata kau berbohong…bilang saja kau terpesona, iya kan? Kau terpesona padaku?” Michelle menyenggol tubuh Yifan lagi.
   “Tidak!” elak Yifan.
    “Jujur saja…kau pasti terpesona kan? Iya kan?” goda Michelle.
   “Sudahlah pakai topi dan maskermu!” kata Yifan sembari memakaikan topi pada Michelle.
    “Kau terpesona kan?”
-
   @Di pesta
   Berkali-kali lampu blitz kamera para wartawan berkedip memotret wajah-wajah para pengusaha dan aktris yang datang ke pesta topeng.
   Yifan terlihat tampan dengan setelan jas dan topeng berwarna hitam sembari menggandeng Michelle yang anggun dengan topeng berwarna putih yang terlihat sangat mewah. “Yifan…kau yakin tidak ada yang akan mengenali aku?” bisik Michelle khawatir.
   “Aku yakin…karena itu jangan sesekali melepas pegangan tanganmu dariku, mengerti?” kata Yifan, Michelle hanya mengangguk.
   Memasuki ruangan pesta, terlihat Luhan tak mengenakan topeng menghampiri Yifan dan Michelle. “Hey man…oh siapa pasanganmu ini? Cantik sekali…” kata Luhan.
   “Kenapa kau tidak memakai topengmu?” tanya Yifan.
   “Mana mungkin aku mengenakan topeng…aku tidak mungkin menutupi wajah tampanku dengan topeng itu…” kata Luhan.
   “Kau ini percaya diri sekali…” kata Yifan.
   “Yifan bolehkan aku berdansa dengan pasanganmu?” tanya Luhan tapi sebelum Yifan menjawabnya, Luhan sudah terlebih dahulu menarik tangan Michelle dan mengajaknya berdansa.
   “Yifan…” panggil Michelle.
   “Benar-benar Luhan…” decak Yifan.
   “Hai…mau berdansa denganku?” tanya seorang gadis pada Yifan, tapi Yifan menolaknya. “Tapi aku memaksa…” kata gadis itu lalu berdansa dengan Yifan.
   “Emma…” kata Yifan.
   “Kau mengenaliku…” kata Emma Wu adik tiri Yifan.
   Beberapa kali Yifan berganti pasangan dansa, karena memang seperti itu aturannya. Hingga pergantian pasangan yang terakhir. Tak ada pasangan yang menyambangi Yifan, dia memperhatikan sekeliling dan terlihat seorang gadis bergaun putih tak memiliki pasangan. Senyumannya mengembang.
   “Maukah kau berdansa denganku?” tanya Yifan pada gadis itu.
   “Yifan…” kata gadis itu yang tak lain adalah Michelle. Michelle segera menerima uluran tangan Yifan, “Dengan senang hati…”
-
   “Tao…kau rugi tidak menghadiri pesta semalam…” kata Luhan.
   “Memang kenapa?” tanya Tao.
    “Kau ini…disana banyak sekali gadis-gadis cantik, ah iya pasangan dansa Yifan bagiku yang tercantik…aku ingin terus berdansa dengannya tapi aturan dansa tak mengizinkanku…” kata Luhan.
    “Tapi semalam…aku merasa kalau aku melihat Michelle ada disana,” kata Chen.
    Luhan menelan salivanya berat, “Bagaimana kalau dia tahu Michelle bersama Yifan, sudah pasti hancur perusahaannya…” batin Luhan, “Benarkah? Tapi aku tidak melihatnya, mungkin itu hanya perasaanmu…kau pasti merindukan Michelle kan?” kata Luhan.
   “Tidak…aku merasa memang Michelle ada didekatku semalam, bahkan dia juga berdansa denganku…” kata Chen mengelak.
   “Ahh semua gadis disana kan memakai topeng, pasti itu hanya mirip saja dengan Michelle…” kata Luhan.
   “Mungkin Luhan benar…” kata Tao.
-
   “Yifan…” panggil Michelle.
  “Apa?” Tanya Yifan yang tengah focus pada pekerjaannya.
  “Aku akan pergi berbelanja kebutuhan bulanan…” kata Michelle.
   Yifan menatap Michelle, “Biar aku saja yang membeli kebutuhan bulanannya…kau tinggallah dirumah dan bersihkan rumah, ini sudah berdebu…” kata Yifan.
   “Aku tidak yakin kau bisa melakukan ini…” kata Michelle meragukan Yifan.
   “Hei jangan salah…semua kebutuhan bulanan dirumah ini selalu aku yang membelinya, berikan daftar belanjanya…” kata Yifan menadahkan tangannya.
   Michelle memberi daftar belanjanya pada Yifan, Yifan lalu melihat ke daftar tersebut. “Apa ini? Pembalut? Aku tidak mau!” kata Yifan memberikan daftar belanja itu pada Yifan.
   “Sudah kuduga kau tidak akan bisa melakukan ini…” kata Michelle.
   “Hei! Mana mungkin seorang pria membeli pembalut, mau ditaruh dimana mukaku ini…bibi Xiao Peng saja tidak pernah memintaku untuk membeli pembalut…” kata Yifan.
   “Hei…Bibi Xiao Peng sudah tua, mungkin dia juga sudah tidak menstruasi lagi jadi tidak pernah memintamu untuk membeli itu…sudahlah cepat pergi belanja…” kata Michelle.
   “Tidak mau!!” kata Yifan.
   “Baiklah…kalau kau tidak mau, kau dirumah menyapu, mengepel, mengelap kaca, mencuci baju dan…”
   “Iya baiklah biar aku yang pergi belanja dan kau yang mengerjakan tugas rumah, kau puas!” sela Yifan.
    Michelle terkekeh, “Belikan aku yang banyak ya…” kata Michelle.
-
  @Restaurant Ny.Xiu
  “Benarkah kau menyuruh Yifan untuk membeli pembalut? Hahaha…kau ini benar-benar ya…ya sudah ya aku harus membersihkan meja, banyak sekali yang kotor…baiklah, semangat!” kata Meihsiu dalam telepon lalu memasukkannya kedalam kantong celananya.
   Meihsiu membersihkan meja-meja yang kotor, tiba-tiba saat dia tengah membersihkannya tangan seseorang memegang tangannya. Dia segera memutar pandangannya pada pemilik tangan itu, “Xiumin…”
   “Bolehkan aku membantumu…” kata Xiumin.
   “Tapi…”
    Xiumin mengerucutkan bibirnya, “Ssst…aku yang memaksa ingin membantumu, jadi diam dan terimalah bantuanku…” kata Xiumin.
   “Hmm…baiklah,”
-
  @Market
   Kasir yang melayani Yifan tertawa kecil saat melihat belanjaan Yifan, “Pasti sangat sulit untuk membelinya demi pacarmu…aku tahu rasa malu yang kau rasakan,” kata kasir itu.
   Yifan menghela nafasnya panjang, disekeliling Yifan tampak juga beberapa wanita tua maupun gadis muda yang memperhatikan belanjaan Yifan.
   “Tolong dipercepat lagi…” kata Yifan pada kasir.
   “Baiklah…” kata kasir itu.
   Yifan segera memasukkan belanjaannya itu kedalam mobil dan segera pulang, dia benar-benar merasa sangat dipermalukan oleh Michelle yang memintanya membeli keperluan pribadi seorang wanita.
   “Kalau tahu begini…lebih baik tadi aku membersihkan rumah,” gerutu Yifan.
-
   “Hah…aku ingin sekali melihat wajahnya yang memerah itu, pasti sangat lucu, hahaha…” tawa Luhan sembari memegangi perutnya yang geli.
   “Hahaha…lucu sekali bukan?” kata Michelle datar lalu melempar lap pada Luhan.
   “Apa ini?” tanya Luhan heran.
   “Lap kacanya…” kata Michelle dingin.
   “Apa?”
   Michelle mendekat dan berbicara keras ditelinga Luhan, “Aku bilang lap kacanya!” katanya membuat Luhan terus memegangi telinganya yang penging karena lengkingan suara Michelle.
   “Dia yang bekerja kenapa aku yang mengerjakannya…” gerutu Luhan sembari melap kaca jendela.
   Klek…
    Pintu rumah Yifan terbuka, “Siapapun tolong aku…” kata Yifan kesulitan membawa banyak belanjaan ditangannya.
   Luhan dan Michelle segera membantu Yifan, “Kau membelinya…kukira kau tidak akan membelinya untukku…” kata Michelle melihat Yifan membelikannya pembalut yang sangat banyak.
   “Itu untuk lima bulan, tidak akan habis kan? Sekarang kau puas?” kata Yifan sedikit cemberut.
   Michelle mengangguk, “Bukan puas yang ingin aku katakan…” kata Michelle.
   “Lalu apa?” tanya Yifan, “Menertawakanku?”
   Michelle menggelengkan kepalanya, “Tapi ini…chu,” sebuah ciuman mendarat dipipi kiri Yifan, “Terima kasih…” kata Michelle.
   “Apa…hanya membelikan pembalut saja, Michelle menciummu pipimu…wah…” kata Luhan terkejut.
   Sedangkan Yifan hanya berdiri mematung sembari memegangi pipinya, tak percaya. “Ada apa dengan hatiku…”  batinnya.
-
   “Hah…aku sangat merindukan Michelle…” kata Emma lalu duduk disofa.
   Chen memasukkan cemilan kemulutnya, “Maksudmu…rindu bertengkar dengannya? Rindu berebut tas branded dan lainnya? Begitu?”
   “Kurang lebih mungkin seperti itu…” kata Emma lalu meneguk wine dimeja.
   “Apa Yifan masih tidak mau tinggal seatap dengan keluargamu?” tanya Chen.
   Emma menghela nafasnya, “Ya…dia memang seperti itu, kemarin saat pesta topeng aku berdansa dengannya…dia tambah tampan saja, andai dia bukan kakakku pasti aku akan merengek pada ayah agar Yifan menjadi suamiku persis seperti yang dilakukan Tao…” kata Emma.
    “Kenapa kau tidak merengek pada ayahmu agar Tao menikah denganmu? Bukankah kau menyukai Tao? Sejak smp kau selalu menggangu Michelle, bukankah karena kau tidak suka Tao dekat-dekat dengan Michelle?” kata Chen.
   “Memang…tapi sekeras apapun aku berusaha, itu percuma…Tao bahkan tak pernah melirik kearahku sedikitpun, daripada aku menyiksa diriku sendiri karena cinta lebih baik aku lupakan saja…aku tidak mau memaksa kehendaknya untuk mencintaiku karena itu bukan hakku…” kata Emma.
   Chen bertepuk tangan, “Wah…sepertinya kau sudah dewasa,” kata Chen.
   Tanpa mereka berdua sadari, sepasang mata dan telinga tengah memperhatikan mereka tak jauh darisana. “Bukan Chen ataupun Emma, mereka tidak tahu dimana Michelle…”
-TBC-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar